SOLOPOS.COM - Ilustrasi otak (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA--Sebuah penelitian terbaru menemukan pasien Covid-19 dengan terapi oksigen mengalami penurunan volume grey matter atau materi abu-abu di lobus frontal otak. Penelitian awal ini dilakukan untuk melihat jumlah materi abu-abu di lapisan luar atau korteks otak pasien.

Bagaimana Covid-19 bisa menyebabkan penurunan volume grey matter di otak? Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini. Ilmuwan dari Georgia State University, Atlanta, menganalisis hasil CT scan pasien yang menjalani evaluasi gejala neurologis di satu rumah sakit wilayah Brescia, Italia.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Namun tidak semua pasien Covid-19 mengalami penurunan volume grey matter di otak. Penelitian itu melibatkan 120 pasien, 58 orang menderita infeksi virus corona, sedangkan 62 orang lainnya tidak. Tim lalu mencocokkan kedua kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, dan penyakit lainnya.

Baca Juga: Teka-Teki Penumpang Selfie Sebelum Perahu Terbalik di WKO Boyolali

Hasilnya, para peneliti tidak menemukan perbedaan signifikan dalam volume grey matter di otak di antara kedua kelompok. Namun, mereka menemukan perbedaan di antara pasien Covid-19 yang mendapatkan terapi oksigen.

Pasien Covid-19 yang membutuhkan terapi oksigen mengalami penurunan volume materi abu-abudi lobus frontal, dibandingkan yang tidak mendapat perawatan tersebut.

Volume grey matter di otak juga ditemukan lebih rendah di daerah frontal pada pasien Covid-19 yang mengalami demam. Materi abu-abu yang lebih rendah di wilayah otak ini dikaitkan dengan tingkat kecacatan yang lebih tinggi di antara pasien Covid-19, bahkan hingga enam bulan pasca-keluar dari rumah sakit.

Menurut dokter Devia penyebab penurunan grey matter pada pasien Covid-19 ini bisa saja disebabkan oleh infeksi yang dialami pasien. Infeksi secara tidak langsung dapat merusak daerah otak yang teridentifikasi karena demam atau kekurangan oksigen.

“Dari laporan yang ada, penurunan volume grey matter diduga karena infeksi yang secara tidak langsung merusak bagian otak tertentu maupun karena kondisi kurangnya suplai oksigen,” katanya seperti mengutip klikdokter.com, Jumat (21/5/2021).

Mengapa penurunan volume grey matter di otak menjadi sorotan peneliti? Sebenarnya, apa peran penting bagian otak ini?

Mengutip livescience, sistem saraf pusat terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu materi abu-abu (gray matter) dan materi putih (white matter).

Kalau materi putih berperan dalam membawa impuls dari dan ke materi abu-abu, gray matter berfungsi untuk memproses informasi.

Menurut Devia Irine Putri, grey matter di otak adalah bagian dalam susunan saraf yang terdiri dari banyak sel saraf dan akson yang tidak bermielin. Akson yang tidak bermielin artinya tidak ditutupi oleh protein lemak berwarna keputihan yang disebut mielin.

Selain akson, di materi abu-abu juga ditemukan adanya sel glial (astroglia dan oligodendrosit) dan kapiler. Sel glial memberikan nutrisi dan energi ke neuron, yaitu unit kerja sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai penghantar informasi berupa rangsangan atau impuls.

Baca Juga:  Benarkah Angka Persalinan Lewat Operasi Sesar di RI Tinggi? Ini Datanya

Sel glial juga bekerja untuk membantu mengangkut glukosa ke otak, dan membersihkan otak dari bahan kimia berlebih. Karena sel akson pada gray matter tidak dikelilingi oleh mielin putih, mereka mengambil warna keabu-abuan alami dari sel neuron dan sel glial.

Pada manusia hidup, grey matter di otak akan terlihat berwarna kecokelatan atau kemerahan karena sistem saraf punya banyak sekali pembuluh darah kecil yang disebut kapiler.
Menurut Devia penurunan volume grey matter di otak telah terbukti terlibat dalam gangguan mood, seperti skizofrenia.

“[Penurunan grey matter] Bisa berhubungan ke penyakit alzheimer atau daya ingat, bisa juga mengarah ke gangguan mood, depresi, dan skizofrenia,” ucapnya.

Namun, penelitian tentang penurunan volume grey matter di otak ini masih sangat terbatas, jumlah sukarelawan yang diteliti juga masih sangat minim. Oleh karena itu, belum dapat disimpulkan bahwa semua pasien Covid-19 yang demam atau mendapat terapi oksigen akan mengalami penurunan volume grey matter di otak.

Jadi, Devia menyimpulkan, masih dibutuhkan penelitian yang lebih banyak untuk menarik kesimpulan efek Covid-19 pada otak tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya