SOLOPOS.COM - Ilustrasi miras congyang Semarang. (Shopee.co.id)

Solopos.com, SEMARANG — Congyang merupakan minuman tradisional Semarang, Jawa Tengah, yang kini digolongkan sebagai miras. Namun, awalnya minuman ini diciptakan sebagai obat masuk angin.

Pada dasarnya, congyang adalah jamu tradisional yang berkhasiat menghangatkan badan dan mengobati masuk angin. Tetapi, sejak tahun 2000-an, minuman ini justru diteguk untuk mabuk-mabukan, seperti ciu bekonang.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Hal itu dijelaskan Pengamat Sejarah dari Fakulas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Wasino.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menyebut fenomena tersebut mulai terjadi saat perkembangan penduduk makin besar dan waktu orang tua kepada anak mulai berkurang.

Jika dulu minuman keras adalah sajian bagi para bangsawan, kini minuman tersebut justru menjadi minuman masyarakat biasa. Orang-orang sengaja meneguk minuman keras seperti congyang Semarang untuk menunjukkan kebanggaan.

“Kalau dulu, miras saat zaman kerajaan menunjukan minumun raja, kemudian berkembang menjadi minuman high class. Tapi sekarang, jadi ajang kebanggan, biar gentle, sangar dan mencari jati diri. Yaitu merasa bangga, hebat apabila minum itu [Congyang], terus sebaliknya kalau tidak berani minum,” terang Wasino kepada Solopos.com, Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Kecamatan Tugu, Tak Hanya Tersepi di Semarang Tapi Juga Rawan Banjir?

Asal-Usul Congyang Semarang

Sebagai informasi, Congnyang atau sering disebut Ceye ini, lahir dari tangan dingin Koh Tiong di bilangan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang, sejak 1980 silam. Minuman tradisional hasil fermentasi beras ini menjadi legenda di tengah kehidupan masyarakat kota.

Mirip seperti whisky, congyang Cap Tiga Orang ini cocok ditenggak saat cuaca dingin. Ketika dicoba, rasa congyang manis di awal dan pahit dan asam di ujung.

Baca juga: CFD Semarang Kembali Dibuka, Inilah 10 Ruas Jalan Ditutup

Perpaduan rasa ini merupakan efek dari fermentasi beras yang menjadi bahan utamanya. Sampai di perut, congyang Semarang ini terasa menghangatkan tubuh.

“Kemudian di barat, budaya minum-minum ini bagian untuk penghangat saat musim dingin. Sementara kita, minum pada saat musim panas, ini bisa meningkatkan tekanan darah, kerusakan jantung kalau minumnya tidak dikadar atau ditakar,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya