SOLOPOS.COM - Salah satu produk Cokelat Monggo (IST)

Mencoba menjadi alternatif buah tangan khas Jogja, Monggo hadir dengan rasa cokelat yang otentik tetapi bercitarasa baru. Bagaimana usaha ini berkembang, berikut tulisan wartawan Harian Jogja, Mediani Dyah Natalia.

Salah satu pendiri Monggo, Edward Riando Picasauw menuturkan, ruang usaha ini terbuka saat rekan kerja asal Belgia, Thierry Detournay rindu menyantap cokelat khas negaranya.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Kebetulan menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil cokelat terbaik. Dua faktor ini yang akhirnya mendorong duo sahabat tersebut menjajal berdagang cokelat.

“Dengan pengetahuan yang dimiliki Thierry, kami mulai menjual cokelat saat Valentine dan menitipkan di pasar ritel modern,” ujar pria yang akrab disapa dengan nama Edo ini kepada Harian Jogja saat ditemui beberapa waktu lalu.

Awalnya, kata dia, nama yang diboyong keduanya adalah Cacao Mania. Namun, nama tersebut ditolak Direktorat Jenderal (Dirjen) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) lantaran nama Cacao dipergunakan orang lain dengan jenis usaha yang sama.

Begitu mendengar penolakan tersebut, Edo segera berdiskusi dengan Thieery. Sebab perubahan nama akan berdampak pada banyak hal, termasuk pencetakan kemasan yang sudah terlanjur dipesan.

“Nama Monggo sebenarnya tidak disengaja. Waktu saya mempersilakan dengan mengatakan monggo dan kami mentok dengan brand lain, kami rasa nama itu cocok. Apalagi nama itu juga merepresentasikan Jogja,” ujarnya.

Meski dikategorikan sebagai produk makanan, tetapi Monggo justru lebih laku saat dijual di Toko Suvenir atau yang berhubungan dengan pariwisata daripada toko retail. Dari fenomena ini, Monggo akhirnya lebih dikenal sebagai buah tangan dari Jogja.

Kendati demikian, tegas Edo, bukan berarti Monggo menggantikan ikon khas Jogja seperti bakpia, gudeg dan panganan lain. Monggo berharap dapat menjadi suvenir alternatif bagi tamu dari dalam maupun luar negeri.

Berkantor pusat di kota tua Jogja, Kotagede, karakter Monggo semakin kuat. Adapun, sekali lagi pemilihan kantor ini bukan disengaja.

“Sebenarnya kami dapat alternatif ruko di berbagai tempat yang ada di pinggir jalan dan strategis. Tapi enggak pas di hati. Saat melihat tempat di Kotagede dan walaupun tempatnya mlesek-mlesek [terpencil] justru semakin membuat dikenal orang,” ungkapnya.

Di tempat ini, konsumen yang datang tidak hanya dapat membeli cokelat Monggo aneka rasa. Bagi tamu yang tertarik, juga dapat belajar mengolah buah cokelat hingga menjadi produk Monggo.
Manajemen Monggo berupaya memasarkan produk tersebut di berbagai negara di Asia Tenggara. Memanfaatkan jaringan yang sudah ada, ruang usaha ini berusaha terus menjaga kualitas, berinovasi sekaligus melakukan distribus secara memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya