SOLOPOS.COM - Espos/Adib Muttaqin Asfar

Espos/Adib Muttaqin Asfar

Tidak semua pelaku bisnis clothing indie memiliki latar belakang sebagai pemusik rock atau metal. Hal ini juga berpengaruh terhadap desain produk yang diluncurkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satunya adalah Tee Company yang selama ini dikenal di Bandung dan Malang. Brand yang juga baru muncul di Jogja ini memang menawarkan konsep clothing yang berbeda, yaitu tidak metal. Jika produk lain sering kemetal-metalan dan didominasi warna gelap, Tee Company menawarkan warna yang lebih kalem. “Lihat saja kami beda dengan yang lain. Kami memang tidak suka dengan gaya metal,” kata Zulkifli, sang pemilik saat ditemui di Indie Clothing Fest di Grha Wisata Solo, Sabtu (17/3) lalu.

Namun di Solo, sambutan terhadap konsep ini kurang memuaskan. Hingga Sabtu lalu, target penjualan produknya di stan pameran hanya Rp30 juta. “Tapi ini tidak sampai soalnya termasuk sepi, tidak seperti di Jogja atau Malang,” katanya.

Persaingan di bidang clothing indie memang lebih banyak berbentuk persaingan desain dan aliran. Beberapa brand lokal bahkan memiliki penggemar sendiri-sendiri dan mereka cukup percaya diri dengan harga tinggi. Sinkking Pride misalnya tidak banting harga dan tetap menjual produknya mulai dari Rp95.000 ke atas. Demikian pula dengan belukar yang enggan menerapkan diskon tinggi dan tetap menjual produk seharga Rp100.000-an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya