Kolom Jogja
Rabu, 18 Maret 2009 - 13:50 WIB

Cinta yang membahagiakan

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cinta dan seks memiliki banyak arti di masyarakat. Kadang satu pengertian berbeda atau bahkan bertentangan sama sekali dengan pengertian yang lain. Dalam kesempatan ini, akan diberikan pengertian tentang cinta dan seks menurut Agama Buddha.

Dalam Agama Buddha, pengertian tentang cinta diuraikan secara jelas di Karaniyametta Sutta. Karaniyametta Sutta atau khotbah Sang Buddha tentang cinta kasih ini pertama kali diajarkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu yang sering diganggu makhluk halus.

Advertisement

Dikisahkan dalam Dhamma, pada suatu masa vassa atau masa tiga bulan musim penghujan saat para bhikkhu berada di satu tempat yang sama, terdapat 500 bhikkhu yang tinggal di sebuah hutan. Hutan tersebut dihuni oleh banyak makhluk halus. Para bhikkhu yang tidak tahan dengan keberadaan makhluk halus itu kemudian menyampaikan kepada Sang Buddha.

Kepada para bhikkhu, Sang Buddha meminta mereka mengembangkan cinta kasih dengan mengucapkan Karaniyametta Sutta. Ketika ajaran itu diamalkan, makhluk halus di hutan itu akhirnya tenang dan bahkan membantu para bhikkhu untuk mencapai kesucian pada akhir tiga bulan musim penghujan. 

Advertisement

Kepada para bhikkhu, Sang Buddha meminta mereka mengembangkan cinta kasih dengan mengucapkan Karaniyametta Sutta. Ketika ajaran itu diamalkan, makhluk halus di hutan itu akhirnya tenang dan bahkan membantu para bhikkhu untuk mencapai kesucian pada akhir tiga bulan musim penghujan. 

Inti khotbah Sang Buddha tentang cinta kasih atau Karaniyametta Sutta  adalah mengembangkan pikiran cinta kasih dengan sering mengulang dalam batin kalimat, “Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia”.

Rasa cinta kasih ini ditujukan bagi semua makhluk yang tampak maupun tidak Pemancaran pikiran cinta kasih dilakukan sepanjang waktu yaitu ketika seseorang sedang duduk, berjalan, berdiri, berbaring, selagi tiada lelap atau tertidur.

Advertisement

Pengertian cinta tersebut kiranya selaras dengan pengertian pokok ajaran Sang Buddha tentang Hukum Kamma atau Hukum Sebab dan Akibat.

Secara sederhana, Hukum Kamma sering dijelaskan sebagai menanam padi akan tumbuh padi. Mereka yang menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan. Jadi, dalam pengertian Hukum Kamma, umat Buddha diajarkan untuk bersikap proaktif bukan pasif.

Demikian pula dengan cinta. Cinta dalam pengertian Buddhis juga bukan bersifat pasif melainkan proaktif, yaitu memberikan kebahagiaan kepada mereka yang dicinta.

Advertisement

Jadi, apabila seseorang mulai menanam cinta, maka ia pun akan memanen cinta dari orang yang dicintai atau orang yang telah ia bahagiakan. Selanjutnya, ketika seseorang mempertanyakan sebab timbulnya niat untuk membahagiakan orang yang dicintainya, mungkin akan diperoleh jawaban bahwa orang tersebut juga telah memberikan perhatian kepadanya. Dengan demikian, berlakulah Hukum Sebab dan Akibat seperti yang telah diterangkan di atas.

Pengertian cinta sebagai memberi kebahagiaan memang lebih mudah diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Kebanyakan orang sulit membedakan antara cinta dan kebutuhan. Orang sering menyebutkan istilah cinta yang sebenarnya menunjukkan bahwa ia membutuhkan orang tersebut.

Namun, kiranya perbedaan makna cinta ini bisa diperbaiki dengan latihan sedikit demi sedikit mengucapkan,” Semoga semua makhluk berbahagia”. Seringnya mengucapkan kalimat tersebut akan menambah jumlah orang yang memaknai cinta adalah memberi seperti yang disampaikan dalam Karaniyametta Sutta .

Advertisement

Ketika cinta telah bermakna memberikan kebahagiaan, maka kualitas cinta menjadi sangat luhur. Seseorang dalam mencintai bukan lagi ingin memiliki atau mengikat orang yang dicintainya.

Semakin seseorang mencintai, semakin besar pula kebebasan yang ia berikan agar orang yang dicintainya berbahagia. Cinta yang memberi akan menjadi cinta yang bebas dari kecemburuan maupun pertentangan.

Cinta yang memberi adalah cinta yang penuh kebahagiaan untuk kedua belah pihak. Cinta yang memberi dapat disebut sebagai cinta yang sejati. Cinta yang bebas dari kepura-puraan dan kesedihan. Cinta yang memberi dalam Karaniyametta Sutta disamakan dengan cinta seorang ibu kepada anaknya yang tunggal. Penuh pengorbanan namun tanpa tuntutan.

//Makna seks//
Dalam pengertian Buddhis, hubungan seks adalah salah satu ungkapan untuk membahagiakan pasangannya. Ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta, seperti halnya sentuhan lembut, pandangan penuh perhatian, ucapan yang menyejukkan serta berbagai hal lain. Hubungan seks hanya boleh dilakukan antara pasangan yang telah terikat menjadi suami istri.

Dalam Dhamma, hubungan seksual dapat terjadi apabila pasangan mempergunakan salah satu atau lebih dari tiga organ seksual yaitu mulut, alat vital dan anus. Penggunaan organ seksual ini hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Apabila pasangan dalam hubungan seksual bukan suami atau istri sendiri, maka besar kemungkinan telah terjadi pelanggaran sila ketiga dari Pancasila Buddhis yaitu zina.

Seperti telah diketahui bersama bahwa isi Pancasila Buddhis adalah upaya untuk menghindari pembunuhan, pencurian, zina, bohong dan mabuk-mabukkan.

Dengan memahami bahwa cinta adalah memberikan kebahagiaan, dan seks adalah salah satu cara mengungkapkan cinta, maka kiranya para umat Buddha dapat mulai menjalani kehidupan sesuai dengan Dhamma. Dengan melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari akan terwujudlah kebahagiaan dalam rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat yang bermoral.

Semoga semua makhluk, baik yang tampak maupun yang tidak memperoleh kebaikan serta kebahagiaan sesuai dengan kondisi kamma-nya masing-masing.

Sabbe satta bhavantu sukhitattha.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif