SOLOPOS.COM - Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo melepas rantai di tangan Gino, Jumat (24/1/2014). (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Gino melambaikan tangan ke arah para tetangga dengan senyum tersungging di bibirnya. Ia mantap melangkah keluar dari halaman rumah menuju mobil ambulans yang terparkir tidak jauh dari kediamannya. Mobil ambulans itu sisi-sisinya tertulis RSJ Ghrasia. Wartawan Harianjogja.com, Switzy Sabandar menuliskan kisah Gino, laki-laki yang sudah 17 tahun dipasung itu.

Laki-laki berusia 39 tahun itu memang cukup kondang di kalangan para tetangga. Kisah hidupnya membuat setiap orang yang mendengar akan berhenti beraktivitas untuk menyimak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Klimaksnya, kepergian Gino ke rumah sakit yang menangani kasus gangguan jiwa tersebut dengan diiringi Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengundang perhatian para kerabatnya. Mereka seolah tak ingin melewatkan kepergian Gino meninggalkan rumahnya di Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Jumat (24/1/2014) pagi.

Tidak pernah ada yang menyangka, laki-laki yang sudah 17 tahun hidup dengan tangan dan kaki dipasung menggunakan rantai besi yang terikat di pilar rumahnya ini adalah seorang yang pintar secara akademis. Untuk ukuran pemuda kampung saat itu, Gino muda terbilang berprestasi.

Gelar juara kelas disandangnya sejak duduk di bangku SMPN Pengasih hingga SMKN Wates. Maka, tidak mengherankan jika anak keempat dari lima bersaudara ini berhasil melenggang ke IKIP Jogja (UNY) melalui program bibit unggul daerah (PBUD).

Saat berstatus sebagai mahasiswa semester II, Gino sempat melamar perempuan yang juga tetangganya. Beberapa bulan kemudian, lamaran tersebut dikembalikan. Gino ditolak kekasih hatinya dan ia menjadi depresi. Kekalutannya menumpuk, saat ia terpaksa berhenti kuliah di tahun pertama karena ketiadaan biaya.

Sang ibu, Ponijah, bercerita, setidaknya sudah empat kali Gino menjalani perawatan di RSJ Ghrasia Pakem. Perilakunya yang agresif membuat orang-orang di sekitarnya merasa terancam. “Supaya tidak membahayakan, maka keluarga pun memutuskan untuk merantai kakinya,” jelas ibu berwajah keriput ini kepada para wartawan.

Ponijah merasa optimistis ketika ia sudah diperbolehkan pulang. Ia pun menganggap Gino tidak perlu meminum obat. “Kalau sudah seperti itu, selang dua hari pasti kambuh dan mengamuk,” kenangnya.

Bagi perempuan kelahiran 80 tahun silam ini, tingkah anak laki-lakinya mengganggu keamanan keluarga, mulai dari niat untuk membakar dapur yang untungnya bisa dicegah, memecah kaca, hingga mengejar kakak-kakaknya seolah hendak menyerang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya