Solopos.com, JAKARTA – Pemerintah China yang menerapkan kebijakan lockdown ketat untuk mengendalikan infeksi virus Covid-19 dikhawatirkan memunculkan dampak negatif terhadap ekonomi negara dan rantai pasok global.
Seperti dikutip Bisnis dari Bloomberg pada Senin (2/5/2022), efek negatif lockdown yang diberlakukan Pemerintah China pada pusat kegiatan keuangan di Shanghai serta wilayah pembuatan kendaraan bermotor di Changchun terlihat pada rilis data resmi pada akhir pekan lalu.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Data Purchasing Managers Index (PMI) China menunjukkan aktivitas manufaktur dan layanan lainnya anjlok ke level terendah sejak Februari 2020 lalu.
Adapun, Pada Februari 2020, pemerintah China juga memberlakukan pembatasan mobilitas yang ketat ditengah penyebaran virus corona di Wuhan.
Imbas dari lockdown China tidak hanya terlihat dari indikator PMI saja. Nilai mata uang yuan juga tercatat melemah setelah data-data tersebut dirilis.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: 28 April 2008 Tabrakan Dua KA di China 71 Meninggal
Lebih lanjut, data PMI juga menunjukkan pengiriman bahan baku ke produsen menghadapi penundaan terpanjang dalam 2 tahun terakhir. Persediaan barang jadi melonjak ke level tertinggi dalam 1 dekade, sementara ekspor dan impor terlihat melemah.
Data-data tersebut dirilis sehari setelah pertemuan Politburo Partai Komunis China, yang dipimpin Presiden China, Xi Jinping berjanji akan mencapai target indikator ekonomi yang sebelumnya telah ditetapkan.
Pemerintah China juga berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan lockdown yang diberlakukan guna mengendalikan penyebaran virus corona.
Di sisi lain, para ekonom melihat dua hal tersebut cenderung kontradiktif. Seiring dengan hal tersebut, para ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China hingga dibawah target sebesar 5,5 persen.
Baca Juga: Covid-19 Menggila di China, 22 Juta Orang Dites PCR
Zhang Zhiwei, Chief Economist Pinpoint Asset Management memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan berbalik menjadi negatif pada kuartal II/2022.
“Isu penting ke depannya ialah bagaimana pemerintah menyeimbangkan kebijakan lockdown tersebut untuk mengurangi kerusakan ekonomi,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, pernyataan Politburo tersebut memicu reli pada pasar saham dan mata uang. Saham-saham teknologi terpantau melonjak ditengah kemungkinan terjadinya pelonggaran regulasi untuk perusahaan platform internet.
Selain itu, investor juga merespon positif komentar Xi terkait pelonggaran pembatasan properti dan langkah untuk mendorong investasi pada sektor infrastruktur.
Dalam pertemuan tersebut, Xi mengatakan perkembangan sehat dari modal swasta perlu ditingkatkan. Dia juga mengingatkan perkembangan tersebut perlu diregulasi dan harus sesuai dengan tujuan masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Efek Lockdown China Bisa Merembet ke Rantai Pasok Global