SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes Aegypti jenis inilah yang menyebarkan penyakit chikungunya lewat gigitan pada manusia (Ilustrasi/JIBI/Dok)

Solopos.com, KARANGANYAR--Dinkes Kabupaten Karanganyar mencatat 25 kasus chikungunya terjadi hingga pertengahan Februari 2021. Dari 25 kasus itu, tidak ada laporan pasien meninggal karena chikungunya.

Meki demikian, persebaran penyakit yang disebabkan infeksi virus yang ditularkan lewat nyamuk itu terhitung cepat. Selain itu, penderitanya akan mengalami gejala berupa demam, nyeri otot dan sendi, pusing, bahkan bisa sampai muncul ruam di tubuh

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar, Warsito, menuturkan laporan kasus chikungunya pada awal tahun ini terjadi di Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Tasikmadu.

Baca juga: Terkendala Pembiayaan, Pemkab Karanganyar Evaluasi Rencana RS Khusus Covid-19

"Ada 16 kasus di Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Tasikmadu. Salah satunya itu di daerah Temuireng. Lalu ada sembilan kasus di Desa Wonolopo, Kecamatan Tasikmadu," ujar Warsito saat dihubungi Solopos.com, Selasa (16/2/2021).

Persebaran kasus chikungunya cukup cepat apabila dibandingkan kasus lain yang disebabkan oleh nyamuk. Dia membandingkan persebaran kasus chikungunya dengan demam berdarah dengue (DBD). Sejuh ini Dinkes belum menerima laporan adanya kasus warga meninggal karena penyakit chikungunya.

"Chikungunya cepat menular karena hanya butuh satu virus. Kalau ada satu orang yang kena biasanya cepat sekali menyebar. Contoh di wilayah Ngablak, di sepanjang Jl. Lawu dari Papahan ke timur itu cepat banget menularnya. Makanya harus dibarengi dengan PSN [pemberantasan sarang nyamuk]," ujar dia.

Baca juga: Sah! Singkong Jarak Towo dan Kopi Lawu Jadi Milik Masyarakat Karanganyar

Pengasapan

Dinkes sudah melaksanakan pengasapan di lokasi yang terjadi kasus chikungunya. Tetapi, menurut Warsito, tindakan itu tidak akan berdampak optimal apabila masyarakat tidak melaksanakan PSN secara rutin dan serentak. Minimal PSN dilaksanakan satu kali sepekan setelah pengasapan lingkungan.

"Kami pantau perkembangan melalui surveilans aktif di masyarakat. Tidak usah cemas. Tapi kalau keluar rumah, ke kebun pakai pakaian tertutup," ungkapnya.

Nyamuk pembawa virus chikungunya ini berada di luar rumah. Karakternya hampir sama dengan nyamuk pembawa virus DBD. Apalagi, saat ini musim hujan. Dia mengingatkan masyarakat agar rajin membersihkan sampah yang dapat menampung air hujan.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Tambah 3.000 Pengangguran Karanganyar

Hal senada disampaikan Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes, Sri Winarno. Tim dari Dinkes , ujar Winarno, sudah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di dua wilayah tersebut. Hasilnya, menurut dia banyak ditemukan jentik nyamuk, baik itu di dalam rumah maupun pekarangan.

"Seperti di bekas potongan bambu. Itu karena PSN masih di bawah standar. Kalau PSN baik itu angka bebas jentik minimal 95%. kemarin itu di bawah 60%. Yang diperiksa itu kan selama ini hanya yang di dalam rumah. Padahal di luar rumah banyak ditemukan jentik nyamuk."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya