SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes Aegypti jenis inilah yang menyebarkan penyakit chikungunya dan DBD lewat gigitan pada manusia. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Serangan penyakit chikungunya mulai mengganas di Klaten dalam beberapa pekan terakhir. Warga diminta tetap mewaspadai potensi semakin merebaknya penyakit chikungunya di tengah pandemi Covid-19.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mendeteksi chikungunya menyerang beberapa wilayah di Kabupaten Bersinar. Hal itu seperti di Trucuk, Ceper, dan Cawas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lalu, apakah perbedaan penyakit chikungunya dengan demam berdarah dengue (DBD) yang sama-sama diakibatkan gigitan nyamuk ini. Berikut Solopos.com sajikan perbedaannya.

Baca Juga: Chikungunya Mengganas di 3 Kecamatan di Klaten, Warga Diminta Waspada

Penyakit DBD dan chikungunya sama-sama disebabkan oleh gigitan nyamuk. Gejala keduanya juga bisa tampak mirip sehingga cenderung sering sulit dibedakan.

Jangan sepelekan penyakit ini karena salah diagnosis dan pengobatan bisa membahayakan pengidapnya. Itu sebabnya, tak jarang kedua penyakit ini kerap memakan korban jiwa. Alangkah baiknya pahami dengan baik perbedaan gejala DBD dan chikungunya di bawah ini.

Dilansir dari Kemkes.go.id, selain menularkan penyakit DBD, nyamuk Aedes aegypti juga menularkan penyakit chikungunya yang menyerang otot-otot dan menimbulkan nyeri berat. Namun, penyebab penyakit chikungunya bukan hanya Aedes aegypti, tetapi juga Aedes albopictus.  Nyamuk ini biasa menggigit pada siang hari dengan waktu efektif selama 2 jam setelah matahari terbit atau dari pukul 08.00-12.00 WIB.

Baca Juga: Alhamdulillah, Kasus DBD di Kota Jogja Turun dari Tahun Sebelumnya

Jenis nyamuk pembawa virus kedua penyakit ini memang sama. Maka tak jarang, orang-orang bisa terserang penyakit DBD dan chikungunya dalam satu musim. Nyamuk Aedes aegypti banyak terdapat di negara tropis dan subtropis, terutama selama dan setelah musim hujan.

Perbedaan Pola Demam

Penyakit DBD dan chikungunya sama-sama ditularkan melalui gigitan nyamuk. Namun, bukan berarti keduanya bisa serta-merta disamakan. Sebenarnya tidak sulit untuk membedakan gejala DBD dari chikungnya asalkan diketahui tanda khas dari kedua penyakit ini.

Baca Juga: Kesadaran PSN Rendah, DBD Masih Jadi Momok di Karanganyar

Dilansir dari laman Hellosehat.com, pada DBD, demam yang dialami pasien biasanya membentuk suatu pola. Di awal, demam tinggi akan berlangsung sepanjang hari, tapi beberapa hari kemudian mereda seolah-olah pasien telah sembuh total. Sedangkan demam akibat chikungunya berlangsung tanpa pola yang khas. Artinya, demam bisa tinggi sewaktu-waktu dan kemudian tiba-tiba menurun.

Perbedaan Intensitas Nyeri

Pada DBD, pasien biasa merasakan nyeri sendi, otot, tulang, sejak demam muncul. Rasa nyeri ini masih terbilang biasa bila dibandingkan dengan nyeri pada chikungunya.

Virus chikungunya akan menimbulkan nyeri hebat pada otot, tulang, bahkan sendi membengkak. Jika tidak segera diobati, nyeri ini bisa meluas hingga membuat penderitanya merasa mengalami kelumpuhan dan kesulitan menggerakkan angota tubuhnya.

Perbedaan Tanda Kemerahan pada Kulit

Pada DBD, kulit biasanya dapat dipenuhi oleh bintik-bintik merah akibat pendarahan yang tidak akan pudar atau hilang bila ditekan. Sementara bintik merah khas chikungunya umumnya akan hilang saat ditekan.

Perbedaan pada Perdarahan

Pasien DBD kadang bisa sampai mengalami mimisan atau gusi berdarah. Namun, kondisi ini tidak terjadi pada penderita chikungunya.

Perbedaan Fase Perkembangan Penyakit

Pada DBD, tahapan perkembangan penyakit dibagi ke dalam beberapa fase. Dimulai dengan fase demam, kemudian berlanjut ke fase kritis selama 24-38 jam, hingga terakhir fase penyembuhan. Berbeda dengan chikungunya yang tidak dikelompokkan menjadi beberapa fase.

Perbedaan Cairan Tubuh yang Hilang

DBD yang sudah parah berisiko menyebabkan pasien kehilangan cairan tubuh dalam jumlah drastis yang bisa berakibat fatal. Chikungnya jarang sampai menyebabkan hilangnya cairan tubuh dalam jumlah banyak.

Perbedaan Waktu Kemunculan Gejala

Gejala pada DBD biasanya akan muncul selama 3-7 hari setelah tubuh digigit nyamuk. Sementara pada chikungunya, umumnya muncul setelah 4-7 hari kemudian. Selain itu, baik DBD dan chikungunya juga membuat penderitanya merasakan mual hebat dan muntah selama beberapa kali dalam sehari.

Baca Juga: Belasan Warga Terserang Chikungunya, Petugas Lakukan Fogging di Ngemplak Boyolali

Kunci perawatan untuk kedua penyakit ini adalah dengan memperbanyak istirahat dan minum cairan guna mencegah dehidrasi. Dilansir dari situs resmi Kemkes.go.id, tidak ada pengobatan spesifik bagi penderita demam chikungunya. Penderita disarankan cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di toko obat, apotik bahkan di warung-warung.

Berikan waktu istirahat yang cukup, minum dan makanan bergizi. Selain itu masyarakat dapat berperan dalam penanganan kasus demam chikungunya yakni dengan melaporkan kepada Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat. Isolasi/hindari penderita dari kemungkinan digigit nyamuk, agar tidak menyebarkan ke orang lain.

Baca Juga: Empat Warga Terjangkit DBD, Petugas Lakukan Fogging di Tipes Solo

Jika kasus DBD dan chikungnya sudah cukup serius, dibutuhkan tindakan medis lanjutan untuk menanganinya. Tenaga medis akan menentukan pengobatan terbaik untuk memulihkan kondisi pasien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya