CHELSEA KALAH LAGI : Koeman Sebut Southampton Juga Berhak Dua Penalti

Chelsea kalah lagi dalam lanjutan Liga Premier saat melawan Southampton. Mourinho pun mengklaim penalti. Apa tanggapan Koeman?

Solopos.com, LONDON — Jose Mourinho mengklaim, Chelsea seharusnya mendapatkan penalti ketika menghadapi Southampton. Mendengar itu, manajer Southampton, Ronald Koeman, berkomentar santai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Chelsea kalah 1-3 dari Soton pada pertandingan yang dihelat di Stamford Bridge, Sabtu (3/10/2015) malam WIB. Mourinho mengklaim bahwa hasilnya bisa berbeda andai Chelsea mendapatkan penalti ketika kedudukan sama kuat 1-1.

Pada laga tersebut, penyerang Chelsea, Radamel Falcao, terjatuh ketika sudah berhadapan satu lawan satu dengan kiper Soton, Maarten Stekelenburg. Namun, wasit memutuskan tidak terjadi pelanggaran. Falcao terlihat menjatuhkan dirinya sehingga alih-alih Chelsea mendapatkan penalti, Falcao malah diganjar kartu kuning.

Mourinho pun kesal dan menyebut bahwa wasit-wasit enggan memberikan keputusan yang tepat kepada Chelsea.

Mendengar itu, Koeman pun memberikan respons. Menurutnya, andai Chelsea diberikan penalti pun, ia tetap yakin timnya yang akan keluar sebagai pemenang. Malah, menurutnya, ada dua klaim penalti di babak pertama dari timnya yang juga tidak digubris wasit.

“Mungkin, iya. Tapi, kalau begitu skornya jadi 5-2. Malah lebih buruk buat mereka,” ujar Koeman kepada Sky Sports seperti dikutip detiksport.

“Kalau mereka mengklaim satu penalti, kami malah mengklaim dua penalti. Tapi, begitulah keputusan wasit,” lanjut manajer asal Belanda tersebut.

Dua klaim penalti dari Soton yang dimaksud adalah ketika kostum Virgil van Dijk ditarik oleh bek Chelsea, Branislav Ivanovic dan ketika Sadio Mane dilanggar Ramires di dalam kotak penalti.

Khusus untuk insiden Mane, wasit menilai gelandang serang Soton itu sengaja menjatuhkan diri ketika berhadapan dengan Ramires. (JIBI/SOLOPOS)

Manager Southampton Ronald Koeman memberi instruksi saat melawan Chelsea. JIBI/Reuters/Dylan Martine