SOLOPOS.COM - JIBI/Solopos/Ivanovich Aldino Aktivitas pedagang berjualan dengan menggunakan payung untuk peneduh lapak saat car free day (CFD) di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (17/1). Meskipun sudah dilarang oleh Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Solo pedagang kembali marak menggunakan payung peneduh sehingga lapak berjualan terkesan kurang tertata.

CFD Solo, PKL berpayung berkonsentrasi di kawasan Sriwedari.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah pengunjung Car Free Day (CFD) Jl. Slamet Riyadi mengeluhkan maraknya pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan dengan payung. Banyaknya pedagang berpayung membuat kawasan city walk di arena bebas kendaraan bermotor tersebut semrawut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com, Minggu (17/1/2016) pagi, pedagang berpayung terkonsentrasi di seputar kawasan Plasa Sriwedari, depan Museum Radya Pustaka, hingga depan pos polisi Sriwedari.

Salah seorang pengunjung CFD, Wahyudi, 31, menyebut keberadaan PKL berpayung membuat arena bebas kendaraan itu tidak nyaman bagi pengunjung. “Lebih baik PKL di sini berjualan tanpa tenda dan payung. Lebih bersih kesannya. Kalau seperti ini jadi semrawut. Toh saat ini sedang tidak hujan,” terangnya.

Pengunjung lain, Eko Cahyono, 38, mengeluhkan banyaknya PKL berpayung memangkas akses yang seharusnya bisa dimanfaatkan pengguna jalan di city walk.

“CFD semakin tidak nyaman. PKL memenuhi jalan di city walk. Mau jalan di jalur lambat, sekarang penuh motor. Jalan di jalur utama, dipenuhi kegiatan dan orang senam. Di city walk juga dipenuhi pedagang yang memenuhi jalan dengan payung,” keluhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo, Heri Mulyadi, menjelaskan PKL di CFD memang tidak pernah secara khusus diberikan larangan berjualan dengan payung ataupun tenda. Namun ia menyarankan PKL agar tidak menggunakan payung atau tenda yang memakan tempat.

“Asal tidak mengganggu dan tertib, PKL boleh berjualan. Tapi memang lebih baik tidak usah pakai payung atau tenda karena biasanya memakan tempat. Lahan pejalan kaki jadi lebih sempit,” jelasnya.

Heri mengatakan biang kesemrawutan PKL di CFD disebabkan pertumbuhan pedagang di kawasan tersebut yang semakin banyak. “Tahun 2013 lalu jumlahnya ada sekitar 500 PKL. Terakhir 2015 lalu kami data sampai 700. Jumlahnya memang terus bertambah. Namun kami sudah menyiapkan personel setiap pekan untuk memantau pedagang agar tetap tertata,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya