SOLOPOS.COM - Ratusan dokter yang tegabung dalam Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran (FK) UNS Solo mengikuti Festival Angklung di arena CFD Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (13/3/2016) (Irawan Sapto A/JIBI/Solopos)

CFD Solo diisi dengan berbagai kegiatan.

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 300 dokter kompak memainkan alat musik angklung di arena Car Free Day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (13/3/2016) pagi. Aksi mereka bermain alat musik tradisional yang terbuat dari bambu sambil menyanyikan berbagai lagu nasional tersebut berhasil mengundang perhatian para pengunjung CFD lain.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ratusan dokter yang mayoritas mengenakan kaus warna jingga tersebut merupakan bagian dari Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Mereka bermain angklung untuk menyemarakan kegiatan Festival Angklung yang diadakan Keluarga Alumni FK UNS Solo dalam rangka memperingati Lustrum ke-8 UNS Solo.

Sekretaris Jenderal (Sekjend) Keluarga Alumni FK UNS Solo, dr. Paramasari Dirgahayu, menjelaskan Festival Angklung merupakan kegiatan dari serangkaian acara bakti sosial yang diadakan Keluarga dan Alumni FK UNS Solo dalam rangka memperingati Lustrum ke-8 UNS Solo. Dia menyebut, kegiatan yang mengusung tema “Bunyikan Angklungmu, Getarkan Jiwa Nasionalisme” itu sebagai sarana sosialisasi perilaku hubungan normal (PHN).

“Kami mengadakan event Festival Angklung untuk dengan mengangkat tema yang sedang hangat di masyarakat, yakni menenai LGBT. Kami ingin menurunkan image masyarakat tentang LGBT [lesbian, gay, biseksual, transgender]. Bolak-balik masyarakat  bilang tentang LGBT. Kondisi itu justru membuat masyarakat semakin penasaran hingga masuk ke lingkaran LGBT,” kata Paramasari kepada Espos di sela-sela kegiatan, Minggu.

Paramasari menyampaikan Keluarga Alumni FK UNS Solo mencoba menahan masyarakat untuk tidak semakin terjebak dalam lingkaran LGBT. Dia menilai, perilaku LGBT menjerumuskan masyarakat menuju kehidupan yang sangat buruk, terutama terkait masalah kesehatan. Paramasari meminta semua elemen masyarakat tidak lagi gembar-gembor untuk menolak LGBT, melainkan lebih mempopulerkan perilaku hubungan normal.

“Kami tidak menolak LGBT, tapi mendukung perilaku hubungan normal. Jadi dibalik. Saat ini LGBT ratting namanya naik. Kami mau naikan PHN biar orang-orang penasaran. PHN itu apa? Oh perilaku hubungan normal. Kami samakan gema PHN. LGBT jangan disebut-sebut lagi. Semakin disebut, orang akan kian penasaran. Mari ubah dengan lebih banyak populerkan PHN,” ujar Paramasari.

Paramasari yang juga menjabat Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FK UNS Solo tersebut menyebut masih banyak kelompok masyarakat yang berkoar-koar soal penolakan atas LGBT. Dia menyarankan masyarakat untuk lebih menggemborkan mengenai PHN. Selain Festival Angklung di arena CFD, menurut Paramasari, FK UNS Solo sudah menggelar beberapa talkshow di berbagai tempat, salah satunya di The Park Mall Solo Baru, Sukoharjo untuk menyosialisasikan mengenai PHN.

“Beberapa mahasiswa saya cerita soal adanya layanan pijat gratis. Pemijat laki-laki menceritakan hal-hal erotis, kemudian meraba atau berbuat lebih. Hal itu kan sangat membahayakan. Masih ada mahasiswa yang enggak tahu, dipijat gratis kan mau. Mereka terjerumus. Masyarakat kami berikan contoh masalah seperti itu. Jangan sampai terjermus,” tanggap Paramasari.

Sementara itu, Ketua Umum Keluarga Alumni FK UNS Solo, dr. Sri Pratomo, menyampaikan kegiatan Festival Angklung sekaligus untuk menaikkan jiwa nasionalisme dan menurunkan jiwa radikalisme. Dia membocorkan Keluarga Alumni FK UNS Solo berencana menggelar Festival Angklung lebih besar dengan melibatkan 1.500 dokter. Sri Pratomo menyampaikan alat musik angklung dipilih karena mudah dimainkan tanpa harus latihan lama.

“Nanti kami buat rekor dengan mengajak 1.500 dokter bermain angkung bersama-sama di arena CFD Solo. Kami akan gelar konsolidasi dari angkatan 1976 sampai sekarang untuk bisa mengajak masyarakat hidup sehat. Alat musik angklung kami pilih karena mudah mengakrabkan dengan sesama kami [dokter] maupun masyarakat,” jelas Sri Pratomo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya