SOLOPOS.COM - Komunitas Anak Bawang Solo kenalkan permainan estafet bakiak di CFD Solo, Minggu (20/3/2016). (Afroh Ellyfa/JIBI/Solopos.com)

CFD Solo menjadi tempat bagi Komunitas Anak Bawang untuk mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada anak-anak usia dini dan masyarakat.

Solopos.com, SOLO — Di tengah gempuran teknologi dan media yang semakin canggih, membuat popularitas permainan tradisional bagi anak-anak kian tergusur. Demi mengembalikan dan melestarikan dolanan bocah yang sarat akan moral, Komunitas Anak Bawang Solo terus melestarikan aneka permainan tradisional kepada masyarakat luas, khususnya anak-anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bekerjasama dengan TPP Al-Firdaus Solo yang menggelar kegiatan mandiri Happy Camp, komunitas yang terbentuk pada 2012 ini kembali mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada 84 anak usia dini.

Komunitas Anak Bawang perkenalkan Egrang bambu dan bakiak di CFD Solo, Minggu (20/3/2016). (Komunitas Anak Bawang Solo kenalkan permainan estafet bakiak di CFD Solo, (20/3/2016). (Afroh Ellyfa/JIBI/Solopos.com)

Komunitas Anak Bawang perkenalkan Egrang bambu dan bakiak di CFD Solo, Minggu (20/3/2016). (Afroh Ellyfa/JIBI/Solopos.com)

Humas Komunitas Anak Bawang, Umi Masriningsih, mengatakan kerja sama dengan sekolah-sekolah merupakan cara jitu untuk mengenalkan dolanan tardisional kepada anak-anak.

“Anak-anak zaman sekarang lebih cenderung bermain gadget atau komputer, sehingga mereka tidak kenal dengan permainan tardisional dan budaya bangsa yang sarat akan sikap kekeluargaan,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di arena Solo Car Free Day (SCFD), Minggu (20/3/2016).

“Melalui kegiatan ini, mereka bisa mengenal dan ikut melestarikan budaya bangsa sendiri,” lanjut Umi.

Sementara itu, ketua kegiatan Happy Camp TPP Al-Firdaus Solo, Siti Syamsiyah mengungkapkan kegiatan mengenal permainan tradisional merupakan salah satu dari rangkaian acara pelatihan sekolah tentang kemandirian.

“Selain memberikan pelatihan kemandirian pada anak, kami mencoba untuk mengenalkan berbagai permainan tardisional yang sudah mulai terlupakan dengan menggandeng Komunitas Anak Bawang Solo,” kata Syamsiyah kepada Solopos.com.

Adapun permainan tardisional yang diperkenalkan dalam kegiatan ini antara lain dakon (congklak), engklek, egrang bambu, egrang batok, estafet bakiak, gasing bambu, dan lompat tali. Sementara untuk permainan tanpa alat yakni pindah bintang, ular naga panjangnya, dan kucing-kucingan.

Demi menunjukkan konsistensi mereka melestarikan dolanan tradisional, Komunitas Anak Bawang yang didirikan oleh mahasiswa Psikologi UNS ini kerap menggelar kampanye di sekolah, mal, dan SCFD.  Khusus SCFD setiap hari Minggu, komunitas ini memusatkan arena permainan tardisional mereka di depan Loji Gandrung (kantor wali kota Solo).

Selain menggelar kampanye, Komunitas Anak Bawang juga tengah mempersiapkan peluncuran buku ensiklopedi dan Olimpiade Permainan Tradisional. Kedua agenda besar tersebut rencananya akan digelar pada April 2016. (Afroh Ellyfa/JIBI/Solopos.com)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya