SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sebagai pengantar tidur paling profesional yang dipilih bapak ibu Anda, sebelumnya saya pastikan bahwa Anda tidak mengidap insomnia akut. Saya menekuni pekerjaan ini sejak lama, tetapi selalu kalah dihadapkan dengan orang yang terjangkit penyakit demikian.

Ada banyak sebab sesungguhnya mengapa seseorang tidak bisa memejamkan matanya sepanjang malam. Ada banyak macam pula penyakit yang demikian, namun hanya dua varian yang saya pahami. Pertama, seseorang yang mutlak tidak bisa memejamkan matanya. Kedua, seseorang yang bisa memejamkan mata dan terbangun setiap lima menit—bisa kurang bisa lebih. Demikian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, saya yakin bapak dan ibu Anda kebingungan untuk sampai di rumah saya. Meski terdapat bacaan besar berupa ‘Buka Jasa Mengantar Tidur’ tentu untuk sampai di halaman rumah saya tetap butuh kesabaran yang tinggi.

Hanya orang yang dengan sungguh-sungguh akan sampai di rumah saya, bapak ibu Anda termasuk di antaranya. Ketika mereka menyampaikan apa yang terjadi kepada Anda, saya mengangguk. Saya paham, bahkan—di hadapan bapak ibu Anda—saya bersoloroh bahwa urusan demikian sangat mudah. Makanya, di sini saya memastikan dahulu bahwa hari-hari sebelumnya Anda bukan pengidap insomnia akut.

“Tidak pernah” Anda menjawab.

“Bahkan hari-hari sebelumnya saya tidur tidak sampai jam sebelas.”

Saya tidak akan bertanya bagaimana sesungguhnya hal demikian bisa terjadi. Sebagaimana yang disampaikan bapak dan ibu, belakangan Anda sering termenung, enggan makan, dan hanya tiga kali keluar kamar. Saya pikir wajar saja Anda betah, kamar bagus seperti ini bisa membuat siapa saja kerasan.

Perihal keluar atau tidak dari kamar sejatinya juga bukan persoalan, namun tubuh Anda yang keseringan mematung adalah persoalan utamanya. Saya terlebih dahulu meminta Anda terbaring dengan tenang dan tidak tegang. Langkah selanjutnya saya baru menjalankan apa yang semestinya saya jalankan.

Ternyata sangat naif. Setelah berulang kali saya lakukan apa yang saya pelajari tidak bisa menaklukkan tubuh Anda. Tubuh Anda menunjukkan reaksi yang negatif, menolak segala bentuk hasutan untuk memejamkan mata. Saya juga memaklumi mungkin karena hampir satu tahun saya kurang praktik sehingga apa yang saya lakukan mentah.

Anda harus tahu, satu tahun belakangan jasa yang saya buka sudah tidak laris, ada banyak cara mengantar tidur dengan cepat dan hemat. Cara yang paling terkenal yaitu membaca beberapa lembar buku. Itu ajaib, tapi untuk seseorang yang mempunyai gangguan seperti Anda akan sangat sulit. Jangankan membaca buku, mandi saja seminggu sekali.

Anda mengangguk ketika saya katakan bahwa zaman sekarang semua sudah serba canggih. Saya kalah saing. Kalaupun ilmu yang saya punya sangat mujarab, itu tidaklah berarti tanpa memasang iklan di media sosial. Terdapat dua kemungkinan mengapa ilmu saya tidak mempan, antara lain karena saya sudah tidak memakainya nyaris setahun atau karena dunia hari ini menolak hal-hal misterius.

“Sekarang sudah terlalu ilmiah untuk hal semacam ini, Kadir.”

Saya benar-benar tersentak ketika Anda mengatakan demikian. Seperti batu besar yang jatuh mengenai dada saya. Tepat di dada saya.

***

“Penyakit seperti itu memang sulit,” ucap saya.

Sebelum saya berseloroh, saya hanya memberi peluang pada ketidakyakinan, bahwa apa yang Anda alami tidak main-main. Ketika pertempuran terjadi sepanjang hari di ruangan depan, di ruangan yang bisa digunakan untuk menyambut tamu, pikiran-pikiran aneh mulai bersarang di kepala Anda.

Saya membayangkan perang Padri terjadi setiap hari tanpa jeda. Kecamuk perang tambah menjadi-jadi ketika, semisal, bapak Anda pulang lewat jam dua belas.

“Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh tidak lain adalah memadamkan api pertempuran.”

“Kamu penyebabnya” ibu Anda menuduh ke arah bapak.

“Kamu yang selalu memulai” bapak balik menunjuk wajah ibu.

Akhirnya, saya bisa mendudukkan perkara dengan gamblang. Saya paham apa yang sebenarnya merasuki pikiran Anda. Sangat wajar ketika saya tanya, jawaban Anda sekali-kali pasti sangat jauh. Bisa dikatakan ngawur.

“Seperti ada kelabang yang menggerogoti kepala saya, Kadir.”

“Kelabang tidak bisa masuk kepala.”

“Kalau tidak kelabang, ya paling rengit.”

Akhirnya, bapak ibu Anda sepakat untuk tidak saling menyalahkan dan menyerahkan semua masalahnya kepada saya. Mereka sangat percaya bahwa saya bisa mengatasi itu, ditambah saya sedikit pongah bahwa masalah Anda bisa diselesaikan dengan baik.

Sekarang, saya ingin bertanya apakah Anda pernah terbangun malam-malam atau tidak. Anda tidak langsung menjawab dan memilih mengerutkan kening, berkali-kali mengerutkan kening. Saya perhatikan Anda mengedipkan mata. Saya harap Anda tidak akan berucap bahwa kelabang yang Anda sebut tadi telah berpindah ke mata. Tidak.

“Sepertinya pernah, saya lupa-lupa ingat.”

“Apa Anda pernah serasa diseret dan dibawa ke dunia yang jauh?”

“Tidak kadir, saya terbangun dan hanya mencuci muka sebelum akhirnya tidur lagi.”

“Yakin hanya seperti itu yang pernah Anda alami?”

“Tidak, saya pernah juga tiba-tiba berada di halaman belakang.”

“Waktu itu bapak dan ibu tidak ada di rumah?”

“Bapak tidak pulang, ibu meringkuk sendirian di kamar.”



“Baik.”

Dari jawaban-jawaban yang Anda berikan memang benar bahwa Anda tidak punya riwayat insomnia akut. Bahkan, saya juga percaya penuh jika Anda tidur di bawah jam sebelas setiap malam.

Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih atas jawaban Anda. Meski, cara Anda menjawab dengan datar membuat saya ingin menonjok wajah Anda. Tapi, saya juga sadar itu tidak sopan dilakukan oleh pekerja profesional seperti saya.

***

Ia sepertinya sudah lelap di dalam tidurnya dan Kadir berpamitan pulang. Kedua orang tuanya sangat bersyukur anaknya tidak lagi sering merenung dan mematung.

Sebelum pulang, Kadir mendapat amplop cokelat sedikit tebal. Wajahnya kegirangan, tentu itu tidak bisa dipungkiri. Dan ia terdengar telah sampai pada dengkur yang tidak nyaring. Kedua orang tuanya saling tatap sesudah Kadir memunggungi halaman rumah dengan motor yang umurnya sepuluh tahunan.

“Akhirnya ia tidak mematung dan kita bisa tenang.”

“Iya, Pak” ibu menimpali.

“Ia harus makan kembali besok dan kamu harus memasak kesukaannya.”



“Bubur ayam?”

“Mungkin” bapak mengangkat bahu.

Dengkurnya semakin lama semakin meninggi memenuhi kamar yang elok. Dindingnya yang terbalut warna cantik senantiasa menenangkan. Bapak dan ibunya membayangkan bahwa si anak telah bermimpi indah.

Setelah seminggu lebih anaknya tidak merasakan tidur dan kebanyakan mematung, akhirnya matanya kembali tertutup. Sekelebat, pikiran liar menghantui si ibu.

“Kalau ternyata dia tidur untuk selamanya gimana?” bapaknya terlebih dahulu menyampaikan isi kepala.

Ibunya terpaku dan tidak menduga bahwa isi kepala suaminya hampir sama dengannya. Namun, segara ibunya menangkan dan meyakinkan bahwa ia istirahat. Apalagi ditambah ketika si ibu mendekatkan jarinya ke lubang hidungnya, masih ada embusan nyawa.

Kedua orang tua yang sudah menikah hampir tiga puluh tahun ini akhirnya bisa tidur dengan nyenyak juga. Nyatanya, kedua orang tua yang pura-pura baik di hadapannya tidak pernah tahu apa yang ia rasakan.

Sampai akhirnya, ia telah berada di tengah kerumunan orang-orang yang menyaksikan pertempuran mengerikan. Di sana ia menemukan kedua orang tuanya berperang dan disaksikan banyak orang. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menangis dan menangis, satu-satunya cara yang bisa dilakukan barangkali.

, perang itu tidak mungkin selesai hanya dengan tangisan—mustahil. Ia harus mengakhiri peperangan kedua orang yang disayanginya, kalau ia mau. Kalau tidak, ia harus menerima jika salah satunya ada yang kalah, mati terluka.



Ia terperanjat bangun dan reflek melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Artinya, ia hanya tidur setengah jam, sebab terakhir ia melihat jam di dinding itu jarumnya yang panjang mengarah ke angka lima. Degupnya tidak beraturan. Setelah menoleh ke kiri dan ke kanan, seorang yang mendaku dirinya sebagai pengantar tidur paling profesional sudah tidak ada.

Ia mulai mengingat-ingat hal terakhir yang dilakukan orang itu. Orang itu membukakan satu kitab yang disebut sebagai ‘panduan tidur nyenyak’ dan mereka membaca dengan seksama.

Setelahnya, ia tidak mengingat apa-apa dan bangun-bangun lelaki itu tidak ada di sisinya. Sementara kedua orang tuanya juga sudah lelap di kamar sebelah. Sedetik kemudian, seperti ada yang mengalir di selangkangannya.

Ia hanya menduga-duga dan tidak berani melihat. Setelah yakin yang keluar dari bagian bawah tubuhnya adalah darah, akhirnya ia mengutuk kedua orang tuanya yang telah membiarkan berdua dengan dukun (ia akhirnya menyebut lelaki itu dengan dukun).

Dalam hatinya berkecamuk dan mengamuk: di mana saya bisa mendapatkan buku panduan tidur panjang?

Moh. Rofqil Bazikh

Penulis berdomisili di Bantul Yogyakarta. Tulisannya telah tersebar di berbagai media. Bisa dijumpai via surel: rofqiljunior@gmail.com



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya