Ketika Sukarma hendak melintasi perempatan Slipi, lampu bangjo menyala merah. Dia menghentikan sepeda motornya persis di samping kiri mobil Mercy yang telah lebih dulu berhenti. Sore itu dia pulang usai melakukan demo di depan Gedung DPR atas kebijakan dewan yang dirasa tidak adil bagi rakyat kecil. Tiba-tiba Sukarma merasa badannya sangat lelah. Dia memang sudah tidak muda lagi, dan fisiknya tidak kuat seperti dulu. Pada masa kuliah, meski dalam beberapa hari dia melakukan aksi turun ke jalan, tetapi tubuhnya tetap masih kuat.
Sukarma, sosok yang setia mengkritisi ketidakadilan yang terjadi hingga kini. Meski seiring berjalannya waktu dia mendengar beberapa teman aktivisnya dulu ada yang menjadi pejabat dan anggota dewan, tapi Sukarma tetap memilih setia pada jalan pergerakan. Tak sedikit pun ada keinginan di dalam dirinya untuk meninggalkan kiprahnya itu. Bagi Sukarma, dengan tetap berada di jalan, memungkinkan dirinya menyuarakan kritisi terhadap keadaan. Memperingatkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang terjadi.