SOLOPOS.COM - Warga menunggu mengurus refund terkait permasalahan umrah promo di Kantor First Travel, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Diperkirakan ada puluhan warga Klaten yang menjadi korban First Travel.

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah warga di Kabupaten Klaten mengaku menjadi korban Biro Perjalanan Haji dan Umroh First Travel. Mereka menyetorkan dana mulai Rp14,3 juta-Rp25 juta.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Namun, hingga kini mereka tak kunjung diberangkatkan ke Arab Saudi. Informasi yang dihimpun Solopos.com dari sejumlah sumber menyebutkan ada puluhan warga Klaten yang menjadi korban First Travel.

In, perempuan warga Klaten Tengah mengaku menyetorkan Rp14,3 juta ke First Travel untuk biaya umrah. Ia mengaku tertarik karena biayanya murah dan juga kakaknya pernah menggunakan jasa First Travel. (Baca juga: Izin First Travel sebagai Penyelenggara Perjalanan Umrah Dicabut)

Ia mendaftar umrah bersama tiga anggota keluarga lainnya. “Ini juga yang bayar kakak saya. Semua administrasi keperluan umrah ada di kakak saya,” kata In, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (12/8/2017).

In dijanjikan berangkat pada Juni 2016. J menaruh curiga ada yang tidak beres saat kembali diminta menyetor Rp2,5 juta untuk carter pesawat pada Maret. Lalu, sepekan sebelum berangkat pada Juni 2016, ia kembali diminta setor Rp3 juta untuk mengurus visa.

“Ada beberapa kali minta pembayaran dengan beragam alasan. Tapi tidak saya penuhi. Saya pun tidak berangkat sampai hari ini,” beber dia.

Hal senada juga diceritakan Ny. Kr, tetangga In. Kepada Solopos.com, ia mengaku menyetorkan dana hingga Rp20 juta. Ketertarikannya menggunakan jasa First Travel lantaran kakaknya berulang kali umrah menggunakan biro tersebut.

“Kakak saya bilang soal makanan cukup, jarak hotel dengan Masjidil Haram dekat dan murah. Saya lalu ikut bersama suami dan dua saudara,” terang dia.

Perempuan yang bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) ini menuturkan awalnya ia menyetorkan Rp14,3 juta untuk paket promo. Ia dijanjikan berangkat Juni 2016.

Namun, seiring berjalannya waktu ia kembali diminta menyetorkan sejumlah dana seperti yang dialami In. Nominal yang diminta beragam mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp3 juta.

Sejumlah alasan pun disampaikan mulai dari mengurus visa, menaikkan paket ke reguler, mencarter pesawat, dan lainnya. “Saya dijadwalkan berangkat H-10 Lebaran lalu. Saya dan suami ke Jakarta. Setiba di bandara, ternyata tidak ada pemberangkatan hari itu. Saya datangi kantornya. Di sana hanya dijaga seorang petugas satpam tanpa pegawai satu pun,” terang dia.

Petugas satpam lalu meminta kepada calon peserta umrah agar mengisi formulir untuk proses refund. Namun, hingga kini dana itu tak pernah ia terima.

“Saya sampai mengurus cuti untuk umrah. Bahkan, ke Jakarta saya putuskan naik pesawat supaya bisa maksimal beribadah di sana. Ternyata enggak jadi berangkat. Tensi saya naik sampai 140,” beber Ny. Kr.

Menurut Ny. Kr, di Klaten ada puluhan orang yang turut menjadi korban. Di Kecamatan Kalikotes, setidaknya ada 50 guru TK yang juga gagal berangkat sampai saat ini.

“Saya enggak yakin uang saya kembali. Mengisi formulir untuk refund itu juga cuma buat ngayem-ayem. Hla bagaimana mau mengurus wong enggak ada satu pun pegawainya,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya