SOLOPOS.COM - Wali Kota Madiun, Maidi, pada Webinar: Manajemen Air Terpadu untuk Kehidupan yang digelar Solopos Media Group yang didukung Aqua, Senin (20/3/2023). (Istimewa/Tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO — Madiun punya cara tersendiri untuk mengatasi persoalan air. Kota yang ada di Jawa Timur itu sebelumnya selalu mengalami banjir saat musim penghujan dan kekurangan air saat kemarau. Wali Kota Madiun, Maidi, menceritakan tentang kiatnya mengatasi persoalan tersebut.

Pada Webinar Hari Air 2023: Manajemen Air Terpadu untuk Kehidupan yang digelar Solopos Media Group yang didukung Aqua, Senin (20/3/2023), Maidi menyampaikan Madiun merupakan kota yang tidak memiliki sumber daya alam. Bahkan disebutkan jika kota itu hanya memiliki air keruh, banjir, sampah serta suhu udara yang semakin naik. Pada 2017 lalu, saat musim penghujan kota itu selalu dilanda banjir, dan sebaliknya saat kemarau akan kesulitan air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu upaya untuk menyiasati kondisi tersebut, pihaknya menggagas yang namanya konsep tabungan air. Di mana saat musim hujan, air tidak seluruhnya dibuang dari kota. Namun air dikembalikan ke bumi, di bawah kota dengan inovasi pembangunan yang dilakukan.

“Pada trotoar bawahnya saya beri box culvert. Setiap sepuluh meter, saya kasih resapan besar ke bawah. Jadi itu untuk menabung air saat musim hujan,” kata dia dalam acara yang disiarkan di Youtube Espos Live tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menjelaskan jika di Madiun terdapat ratusan meter trotoar, kemudian setiap sepuluh meter ada resapan untuk tabungan air, maka pada musim kemarau Madiun tidak akan mengalami kesulitann air.

Melalui konsep tersebut, lanjut Maidi, air hujan yang turun di Madiun tidak boleh pergi seluruhnya. Hanya ketika sudah dirasa melebihi kapasitas resapan, air akan dibuang.

“Jadi pada bagian bawah itu untuk penampungan air, kemudian bagian atasnya kami buat trotoar dengan standar internasional. Bisa untuk jalan-jalan masyarakat, untuk difabel dan sebagainya,” kata dia.

Dengan adanya resapan air di bawah kota, saat musim kemarau Kota Madiun menurutnya juga terlihat lebih asri dengan banyaknya tanaman dan bunga yang hidup. Bahkan termasuk pohon-pohon besar yang akan mendukung kesehatan udara di dalam kota dan menjadikan kota lebih sejuk. Keberadaan pohon-pohon besar diharapkan juga bisa menampung cadangan air.

Lebih lanjut Maidi mengatakan dari hasil pengamatannya, banjir yang sebelumnya melanda kota terjadi karena banyak pembangunan yang fondasinya dalam. Belum lagi adanya permukaan tanah yang dikeraskan sehingga air tidak bisa meresap optimal.

Meski sudah dibuat gorong-gorong dengan box culvert, ketika tidak dilengkapi resapan air, air juga tidak bisa meresap dan akan terbuang sia-sia, bahkan bisa menimbulkan banjir.

Selain melakukan pembangunan dan membuat kebijakan-kebijakan berkaitan dengan manajemen air, Pemerintah Kota Madiun juga terus menggalakkan gerakan penghijauan dan larangan membuang sampah sembarangan. Bahkan di kota itu juga telah melakukan pengelolaan sampah menjadi gas metana untuk keperluan dapur umum.

Kota tersebut juga memiliki beberapa embung untuk menampung air yang bisa digunakan untuk mendukung pertanian. “Ternyata kondisi ini memberikan manfaat bagi kami. Dengan kita bersahabat dan kita rawat air, tidak ada banjir dan bisa memberikan manfaat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya