SOLOPOS.COM - Tukang foto menjajakan jasanya kepada pengunjung di sekitar Masjid Raya Sheikh Zayed, Gilingan, Banjarsari, Solo, Jumat (30/12/2022). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Meskipun belum secara resmi dibuka untuk masyarakat umum, Masjid Raya Sheikh Zayed di Gilingan, Banjarsari, Solo, sudah menjadi daya tarik wisata dan dibanjiri pengunjung dari berbagai daerah.

Kondisi itu menjadi peluang usaha bagi masyarakat mulai dari pedagang makanan, kacamata, tasbih, hingga pakaian. Selain itu yang identik dengan tempat wisata adalah jasa fotografi atau tukang foto.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Di antara banyaknya pengunjung yang memadati sekitar masjid hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan itu, sejumlah tukang foto tak lelah menawarkan jasanya untuk memberi kenang-kenangan berupa foto kepada pengunjung.

Harga yang dipatok tidak terlalu mahal, cukup Rp25.000 untuk satu foto ukuran 12R. Nantinya, para pengunjung yang menggunakan jasa tukang foto keliling ini akan diarahkan ke lokasi yang strategis dengan latar Masjid Raya Sheikh Zayed Solo.

Setelah itu tukang foto tersebut akan mempersilakan pengunjung memilih foto yang akan dicetak. Para tukang foto kemudian akan pergi selama 15-30 menit untuk mencetak foto yang dipilih.

Salah satu penyedia jasa foto di Masjid Raya Sheikh Zayed adalah Ali. Tiap hari Ali menjajakan jasanya sejak pagi hari hingga menjelang Magrib. 

“Saya biasanya sudah siap sekitar pukul 07.00 WIB sampai sekitar pukul 18.00 WIB baru pulang, sehari rata-rata sekitar 30-50 kali yang pesan, kalau akhir pekan bisa sampai 60 pesanan. Tapi paling banyak waktu itu pas habis peresmian yang ada Pak Jokowi dan Presiden UAE, waktu itu bawa Rp1 juta bersih,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (30/12/2022).

Sedih saat Wisatawan Batal Membayar Foto

Ali bercerita tempat untuk mencetak foto yang dipilih pelanggan tidak jauh dari Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Para pelanggan juga baru membayar setelah foto tersebut diberikan. Tidak jarang ia apes karena pelanggan batal membayar foto yang sudah dicetak.

“Biasanya yang tukang foto di sini cetaknya di dua tempat, tidak jauh dari sini dan sudah jadi langganan sejak lama buat kami. Nanti setelah fotonya jadi pelanggan baru membayar. Ada juga yang sudah dicetak terus kemudian mereka tidak mau membayar karena hasilnya ternyata enggak begitu bagus buat mereka,” jelas pria berusia 42 tahun ini.

Ali bercerita sebelum ada Masjid Sheikh Zayed ia menjajakan jasa fotonya di sekitar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ia bergeser ke Masjid Raya Sheikh Zayed karena ramai dan banyak pengunjung.

“Biasanya saya itu kerjanya di Keraton Surakarta Hadiningrat itu, foto-foto buat wisatawan di dekat Kori Kamandungan atau di Museum Keraton. Tapi sekarang ke sini sama beberapa teman-teman karena memang di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo ini lebih ramai,” terangnya.

Cerita serupa juga diungkapkan Mustaqim, tukang foto yang sudah 15 tahun menggeluti bidang fotografi. Ia sebelumnya juga menjajakan jasanya di Keraton Solo. “Sekarang ke sini karena memang lebih ramai pengunjungnya, istilahnya ikut di mana yang ramai,” jelasnya.

Mustaqim mengatakan para tukang foto di Masjid Raya Sheikh Zayed cukup tertib. Tidak ada saling sikut atau berebut pelanggan. Selain karena sudah kenal satu sama lain, mereka menganggap jika saling berebut, pelanggan malah jadi tidak nyaman.

“Di sini tertata, tidak ada rebutan, misal ada wisatawan yang turun dari bus, menawarkannya gantian dan tidak berebut. Karena bagaimana pun kalau saling rebutan malah wisatawannya jadi risih, karena juga untung-untungan. Kadang saya tawarkan foto tidak mau, tapi begitu teman saya mereka mau. Jadi kami lebih rapi dan bergantian saja kalau menawarkan,” tegas pria yang tinggal di Jebres ini.

Kenang-Kenangan untuk Pengunjung

Menurut Mustaqim, penghasilan yang didapatkan saat menawarkan jasa foto di sekitar Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tersebut lumayan. Ia juga berharap agar Masjid Raya Sheikh Zayed ini segera dibuka untuk umum.

“Semoga bisa cepat buka masjidnya jadi semakin banyak yang berkunjung ke sini jadi bisa meningkatkan pendapatan dan membantu ekonomi lah. Apalagi pas pandemi Covid-19 itu pekerja seperti kami nyaris tidak ada pemasukan sama sekali,” jelasnya.

Salah satu pengunjung yang menggunakan jasa dari tukang foto di Masjid Raya Sheikh Zayed, Siti Khadijah, asal Kabupaten Kendal, mengaku cukup puas dengan kualitas gambar yang dihasilkan para tukang foto keliling.

“Pengin punya kenang-kenangan waktu berkunjung ke sini bersama keluarga. Tadi sempat mencoba pakai kamera handphone tapi hasilnya buram karena memang agak mendung. Kalau pakai yang kamera punya tukang foto keliling hasilnya lumayan terang dan bagus,” jelas perempuan berusia 41 tahun ini.

Pengunjung lain, Muhardi, yang membawa serta keluarganya dari Salatiga juga menggunakan jasa tukang foto keliling karena hasil gambarnya cukup apik. Dengan harga yang terjangkau, ia dan keluarganya bisa mendapatkan cinderamata dari Masjid Raya Sheikh Zayed.

“Harganya murah cuman Rp25.000 dan hasilnya juga bagus, karena memang belum dibuka secara resmi jadi cuma bisa foto di depan masjidnya saja, lumayan buat kenang-kenangan kalau sudah pernah ke sini,” jelas pria berusia 52 tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya