SOLOPOS.COM - Sulistri, pengelola Warung Tengkleng Klewer Bu Edi Solo menyajikan satu porsi tengkleng untuk pelanggan di warungnya, kawasan Pasar Klewer, Solo, Jumat (17/6/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLO — Warung Tengkleng Klewer Bu Edi di Pasar Klewer Solo sudah melewati perjalanan panjang hingga kini menjadi andalan para pencinta kuliner olahan kambing. Berkunjung ke Solo tak lengkap rasanya jika tak mencicipi tengkleng tersebut.

Kini, warung tengkleng legendaris itu dikelola oleh Sulistri yang merupakan generasi ketiga dari perintis usaha tersebut. Saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (17/6/2022), wanita berusia 44 tahun yang akrab disapa Mbak Tri ini menceritakan perjalanan usaha kuliner turun temurun dari neneknya itu yang bernama Saliyem itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kata Tri, Saliyem mengawali usaha jualan tengkleng dengan berkeliling kawasan Pasar Klewer. “Kalau simbah dulu [jualannya] masih keliling, kira-kira [tahun] 1940-an mungkin, zaman dulu harga tengklengnya masih Rp50 seporsi. Pas ibu [Ediyem] yang jualan udah magrok [menetap] di bawah gapura Sar Klewer, tahun 1971,” ucap Tri.

Saat ini harga tengkleng Bu Edi Rp50.000 seporsi. Ibunda Tri, Ediyem, memutuskan berjualan di bawah Gapura Pasar Klewer dan menetap di sana kala itu. Dari situ lah nama Tengkleng Klewer Bu Edi Solo mulai dikenal orang.

Menurut Tri, orang-orang juga akrab menyebutnya sebagai Tengkleng Gapura Sar Klewer. “Yang ngasih nama [warung] tengkleng ya ibu, seperti namanya Ediyem. Dulu pas simbah yang jualan enggak ada namanya,” terangnya.

Baca Juga: Laris, Tengkleng Klewer Bu Edi Solo Habiskan 60 Kepala Kambing Sehari

Tri juga menceritakan saat duduk di bangku SMA, ia sudah membantu ibunya berjualan tengkleng di bawah gapura Pasar Klewer. “Pas SMA sudah mulai bantu ibu jualan di bawah gapura, ya sekitaran tahun 1996,” tuturnya.

Setelah Pasar Klewer terbakar tahun 2014, Tri dan ibunya memutuskan pindah lokasi jualan untuk tetap menyambung hidup. Lokasinya tidak jauh dari lokasi semula. Jaraknya hanya 400 meter masuk ke dalam dan berada di area taman parkir Masjid Agung Solo.

Ciri Khas

Bagi sebagian orang yang sudah akrab dengan rasa Tengkleng Klewer Bu Edi Solo pasti akan merasakan ciri khas dari tengkleng ini, yaitu berkuah encer dan tidak dicampur santan.

Baca Juga: Selalu Ramai, Tengkleng Klewer Bu Edi Solo Ogah Buka Cabang, Kenapa?

Saat ditanya apakah ada teknik memasak khusus yang menjadi ciri khas agar tengkleng ini terasa spesial, Tri hanya mengatakan dari dulu mengikuti resep yang diturunkan dari neneknya.

“Kalau sejak nenek jualan, sampai ibu dulu ngajarin masak tengklengnya enggak pakai santan. Enggak tahu kalau di tempat yang lain, kalau di sini dari dulu memang enggak pakai santan. Jadi ya hampir mirip sup,” katanya sembari sesekali mengaduk kuah tengkleng.

Sejak dulu, kata Tri, Tengkleng Klewer Bu Edi Solo sudah ramai pembeli. Bahkan seringkali dalam waktu dua sampai tiga jam jualan, tengkleng legendaris itu ludes terjual.

Baca Juga: KABAR DUKA : Inilah Perjalanan Hidup Ediyem, Pemilik Tengkleng Bu Edi Klewer Solo

Pelanggan yang datang menurut Tri, tak hanya dari Solo, melainkan banyak yang dari luar Kota Bengawan. “Dari Bali, Bandung, Jogja, Jakarta, Semarang, yang datang ke sini,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya