SOLOPOS.COM - Siti Sulikah, TKW yang disiksa majikannya di Malaysia sedang menyapu teras rumahnya di Desa Nglanduk, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN -- Malang benar nasib TKW Siti Sulikah, 22, warga Desa Nglanduk, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Malaysia. Niat hati ingin memperbaiki kondisi perekonomian keluarga, namun sengsara yang didapatnya.

Sulikah mendapat perlakuan buruk dari majikannya di Malaysia. Hampir setiap hari, perempuan yang sudah memiliki satu anak ini, mendapat siksaan dari majikannya. Mulai dari dipukul menggunakan sapu, besi, hingga tangan kosong.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Penderitaannya tidak hanya kekerasan fisik saja. Gaji TKW Sulikah selama bekerja di sana sebagian besar belum dibayar. Majikannya baru membayar upahnya dua kali, itu pun besarannya tidak sesuai dengan kesepakatan. Sesuai kesepakatan, dia digaji Rp3,8 juta, tetapi yang dibayarkan hanya Rp1,7 juta per bulan.

Baca juga: Miris! TKW Asal Madiun Setahun Disiksa Majikan di Malaysia

Tenaga kerja wanita atau TKW Sulikah merupakan salah satu potret kemiskinan di Kabupaten Madiun. Di usianya yang masih muda, dia telah menikah. Kemudian mempunyai seorang anak. Suaminya kemudian meninggalkannya begitu saja. Tanpa memberi kabar dan nafkah kepadanya.

“Suami saya dari Jombang. Kami sudah pisah. Tapi belum resmi bercerai. Suami saya tidak pernah memberi nafkah dan tidak pernah ke sini,” kata Sulikah saat berbincang dengan Madiunpos.com beberapa waktu lalu.

Setelah tidak jadi TKW, Sulikah hidup bersama nenek, orang tuanya, kakak beserta adik-adiknya, dan seorang anaknya di rumah sederhana di RT 009/RW 003, Desa Nglanduk. Rumah tersebut terlihat sangat tidak layak untuk dihuni anggota keluarga sebanyak itu.

Umur Sulikah Dituakan

Sebenarnya, Sulikah sudah memiliki pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Kota Madiun. Namun, upahnya kecil. Hingga akhirnya ada seorang agen pencari tenaga kerja wanita (TKW) datang ke rumah Sulikah dan menawarkan untuk bekerja ke luar negeri.

Dengan iming-iming gaji yang besar serta keinginan memperbaiki taraf kehidupan keluarganya. Dia pun memutuskan untuk pergi keluar negeri dan bekerja di negera jiran.

Waktu hendak berangkat jadi TKW pada 2019, sebenarnya Sulikah secara usia belum memenuhi syarat karena masih terlalu muda. Kemudian usianya di paspor dituakan dua tahun. Di KTP tahun kelahirannya 1999, tetapi di paspor tertulis 1997.

Selama bekerja di rumah majikannya itu, Sulikah tidak diperkenankan untuk keluar rumah sama sekali. Sehingga selama mengalami penyiksaan di dalam rumah, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. “Tidak bisa ke mana-mana. Soalnya saya dikunci dari luar. Pintu rumah dikunci terus,” ujarnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Membeludak, BOR di RS Madiun Nyaris Penuh

Beruntung ada tetangga majikannya yang mengetahui penyiksaan tersebut. Akhirnya, tetangga tersebut melaporkan ke kepolisian Malaysia. Petugas dari kepolisian Malaysia kemudian mendatangi rumah majikannya dan meminta TKW Sulikah untuk mengemasi barang-barangnya. Segera setelah itu mengajaknya keluar dari rumah tersebut.

Polisi Malaysia kemudian memulangkannya ke Indonesia dengan membiayai seluruh perjalanannya. Dia kurang tahu terkait proses pemulangannya. Apakah ada campur tangan dari kedutaan besar Indonesia atau tidak.

“Tiket pesawat dari polisi Malaysia. Akhirnya saya sampai di Bandara Surabaya [Juanda]. Kemudian diisolasi di Asrama Haji Surabaya. Di sana saya sudah melaporkan penyiksaan itu. Setelah selesai isolasi di Surabaya, saya kemudian dijemput dan diisolasi lagi di ruang isolasi Jiwan [Madiun]. Setelah selesai isolasi, saya dijemput tetangga dan pulang ke rumah,” kata perempuan yang hanya lulusan sekolah dasar itu.

Baca juga: 4 Santri Pondok di Ponorogo Aniaya Teman Hingga Tewas

Berharap Gaji Bisa Dibayarkan

Sesampainya di rumah, TKW Sulikah kaget ternyata ibunya telah tiada. Dia tidak mengetahui jika ibunya telah meninggal dunia saat dirinya masih di Malaysia. Sulikah mengaku tidak memiliki akses komunikasi untuk menghubungi keluarga selama bekerja di Malaysia.

“Di sana, saya tidak boleh pegang uang dan tidak boleh pegang handphone. Jadi, saya tidak tahu kondisi keluarga di rumah,” ujarnya.

Sulikah mengaku masih takut untuk bekerja ke luar negeri. Membayangkan setiap hari harus mendapat siksaan dari sang majikan. Setelah pulang, dia tidak membawa uang sepeser pun. “Saya sedih, sudah kerja jauh-jauh. Tapi pulang tidak dapat gaji,” ucapnya.

Sulikah mengaku bersyukur bisa pulang ke rumah dengan keadaan hidup dan selamat. Meskipun, trauma kekejaman majikan masih terus menghantuinya.

Untuk saat ini, dia hanya berharap uang gajinya selama bekerja sebagai asisten rumah tangga di Malaysia bisa dibayarkan. Uang tersebut akan digunakan untuk menyambung hidup dan menata masa depannya di kampung halaman.

“Saya hanya berharap uang gaji sebagai TKW dibayar,” kata Sulikah.

Baca juga: TKW Madiun Setahun Disiksa Majikan di Malaysia Baru Diberi Gaji 2 Kali

Berkas Sebagai TKW

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Madiun, Heru Kuncoro, mengatakan pihaknya telah mendatangi Sulikah yang mendapat siksaan selama bekerja sebagai TKW di Malaysia. Proses keberangkatan Sulikah ke Malaysia untuk bekerja diindikasikan menyalahi prosedur dan tidak melalui jalur resmi.



Dia menuturkan berbagai berkas sebagai TKW yang seharusnya ada ternyata tidak dimiliki oleh Sulikah. Seperti paspor kerja, kontrak kerja, dan ada agen yang membawanya secara resmi.

“Sudah dicek, ternyata prosedur-prosedur itu tidak ada. Data dicek di Disnaker juga ga ada. Padahal, jika lewat jalur resmi pasti terdata,” kata dia saat ditemui di kantornya, Selasa (29/6/2021).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya