SOLOPOS.COM - Tokoh masyarakat Purwantoro, Marhaendi berada di bawah pohon yang kerap dijadikan tempat pesugihan kandang bubrah di Makam Tembungboyo, Kelurahan/Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Selasa (1/11/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIMakam Tembungboyo di Kelurahan/Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri telah lama dikenal menjadi tempat pesugihan kandang bubrah. Banyak orang dari berbagai kalangan dan berbagai daerah di Indonesia datang ke makam tersebut untuk meminta kekayaan.

Solopos.com mendatangi makam Tembungboyo yang tidak jauh dari pusat Kecamatan Purwantoro, Selasa (1/11/2022) siang. Bagian depan kompleks makam itu bertembok dan bergapura warna cokelat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sedangkan sisi samping dan belakang tidak bertembok. Samping kiri, kanan, belakang makam merupakan area perkebunan dan terdapat sungai kecil di belakanganya.

Ada ratusan makam yang sudah berumur tua dan beberapa masih tampak baru. Hal itu terlihat dari tanah yang masih menggunung dan terdapat payung warna hijau di atasnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Hampir semua makam sudah berkijing. Beberapa makam juga bertembok bata dan besi.

Baca Juga: Kisah Mistis Juru Kunci Rumah Tiban Wonogiri, Dibawa Penunggu ke Laut Selatan

Di bawah pohon-pohon tempat pesugihan, ada bekas kemenyan dan dupa yang sudah dibakar. Sementara di antara pohon-pohon itu ada bunga-bunga seperti mawar dan melati.

Beberapa masih tampak segar. Pertanda belum lama ada orang yang datang dan menaburkan bunga ke tempat itu. Puluhan botol bekas minyak serimpi juga ada di antara pepohonan itu.

“Ini yang biasa untuk tempat berdoa atau pesugihannya. Di tengah-tengah kompleks makam. Ritualnya biasanya di sini. Ada beberapa pohon, ada akasia, ada pohon lain juga. Ini bukan hanya satu pohon. Ini belum lama disemen tempatnya. Sengaja disemen biar lebih nyaman untuk berdoa,” kata tokoh masyarakat Purwantoro, Marhaendi, kepada Solopos.com.

Pesugihan kandang bubrah yaitu pesugihan yang mensyaratkan pelaku pesugihan harus terus merenovasi, membangun, atau menambah bagian rumah miliknya setiap waktu tertentu. Jika hal itu tidak dilalukan maka akan ada celaka yang menimpa pelaku atau keluarga pelaku.

Baca Juga: Seram Lur! Deretan Makam Tua Ini Bermunculan di WGM Wonogiri saat Kemarau

Marhaendi mengatakan tempat itu kerap didatangi orang yang sedang terhimpit masalah ekonomi, seperti terlilit utang atau bisnisnya sedang hancur. Pada intinya mereka mau minta pesugihan. Mereka yang datang ke makam Tembungboyo justru banyak yang bermobil.

Banyak pula yang datang berkali-kali karena merasa permintaanya belum terkabul. Mereka datang ke sana saat malam hingga dini hari. Tempat itu akan lebih ramai didatangi orang ketika malam Jumat. Terlebih Jumat Wage dan Kliwon.

Dia menyampaikan, orang yang datang ke sana dan berniat meminta pesugihan biasanya sudah menyiapkan syarat-syarat pesugihan seperti kembang, ayam panggang buceng, dan minyak serimpi.

Belum diketahui pasti kapan Makam Tembungboyo mulai digunakan sebagai tempat pesugihan kandang bubrah. Menurut Marhaendi, hal itu sudah terjadi sejak lama. Justru banyak orang dari luar yang melakukan pesugihan kandang bubrah.

Baca Juga: Tanah Tergerus Aliran Sungai Wiroko, 14 Makam di Tirtomoyo Wonogiri Dipindah

“Mereka minta kepada Nyai Bubrah, sesuai keingannya. Macem-macem permintaanya. Biasanya nanti ada juru kuncinya. Mereka yang datang nanti diperantarai oleh juru kunci,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Solopos.com belum dapat menemui juru kunci Makam Tembungboyo lantaran yang bersangkutan sedang berhalangan untuk ditemui. Pada kesempatan itu pula, Solopos.com bertemu orang yang hendak melakukan pesugihan kandang bubrah, seorang perempuan inisial SRL, asli Bantul.

Ia mengaku sedang terhimpit masalah ekonomi lantaran terjerat utang kepada rentenir. SRL nekat datang bersama anaknya.

Bahkan untuk melakukan itu, ia sampai mengizinkan anak yang masih duduk di bangu SD tidak sekolah pada hari itu.

Baca Juga: Terjadi Lagi! Karyawan PT Prima Paper Indonesia Wonogiri Meninggal saat Kerja

“Saya sedang ada masalah. Makan saja enggak nafsu. Biar anak saya saja yang makan enggak apa-apa,” katanya sembari menangis.

Ia juga tidak bertemu dengan juru kunci karena saat itu juru kunci beralasan sedang ada acara lain. Perempuan itu cukup lama di sekitar makam.

Namun ia batal melakukan ritual pesugihan setelah warga sekitar memberinya saran untuk tidak melakukan hal tersebut.



“Saya sudah menyiapkan sejumlah uang untuk beli syarat-syaratnya. Kan ada itu syaratnya kayak ayam panggang dan lainnya. Saya sudah bawa senilai Rp400.000,” ucap dia.

Baca Juga: Keistimewaan Pindang Kambing Wonogiri, Makin Nikmat karena Dibungkus Daun Jati

Warga menyarankan SRL tidak perlu melakukan ritual pesugihan. Namun diperbolehkan jika hanya sekadar berdoa.

Akhirnya ia memanjatkan doa beberapa saat di pohon yang dipercaya dapat memberi kelimpahan harta itu.

Salah satu warga Purwantoro, Mono, menyampaikan mereka yang datang ke Makam Tembungboyo tidak hanya dari Jawa. Melainkan juga dari luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, bahkan Papua.

“Enggak cuma pesugihan, ada juga yang datang ke sini karena minta jodoh. Macem-macem pokoknya. Ada juga yang sudah kesini tujuh-delapan kali. Malahan ada yang katanya sudah haji pun, ke sini,” kata Mono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya