SOLOPOS.COM - Mbah Tarso bersama istrinya tinggal di gubuk karung di Purwokerto, Banyumas. (Detik.com)

Solopos.com, BANYUMAS – Mbah Tarso, 70, bersama istrinya, Sugiani, 45, harus tinggal di gubuk reyot di kawasan Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Pasangan suami istri ini mengandalkan alat pancing untuk memancing belut di Sungai Banjaran yang berada di samping gubuk mereka untuk makan sehari-hari.

Gubuk reyot berukuran 2x3 meter itu tepatnya berada di RT 007/RW 006 Kelurahan Kedungluwuh, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas. Ada pun tinggi hunian Mbah Tarso dan istrinya di Purwokerto tingginya hanya satu meter.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Ngambek Tak Dibelikan Kue Ultah, Bocah Tanon Sragen Nekat Gowes Sampai Ngawi

Gubuk itu terbuat dari karung serta plastik bekas. Alasnya berupa spanduk bekas. Pasangan suami istri itu hidup jauh dari permukiman penduduk.

Ekspedisi Mudik 2024

Pasangan ini tinggal di sana selama lima tahun terakhir tanpa listrik dan perabotan. Jika hujan turun, gubuk Mbah Tarso selalu kebanjiran.

Dita Leni Ravia, Remaja Cantik dari Gunungkidul Sekolah di Jurusan Otomotif Loh

“Lima tahun tinggal di sini, Kedungwuluh, asli Kranji [Purwokerto Timur]. Aktivitas mancing pelus [belut besar] untuk dijual. Tidak pasti, kadang dapat,” terang Mbah Tarso seperti dikutip dari Detik.com, Rabu (8/7/2020).

Awal Mula

Dia diizinkan menempati tanah tersebut oleh sang pemilik yang merupakan warga Ledug, Kecamatan Kembaran, Banyumas seusai dirinya membersihkan rungai dan rumput di sana.

Namun Mbah Tarso tidak mau dibayar, sang pemilik pun kebingungan. Sampai akhirnya dia mengizinkan Mbah Tarso tinggal di lahan tersebut dengan syarat tidak mendirikan bangunan permanen.

"Dulu punya rumah sendiri, sekarang tidak punya karena dibagi bagi [warisan] akhirnya habis. Lalu cari kontrakan, pindah tiga kali, akhirnya bingung cari lokasi. Karena diberi izin sama yang punya tanah saat awal bersihin kali. Lalu yang punya tanah tahu dan diizinkan tinggal selamanya, selama belum dijual atau dibangun," ujarnya.

3 Tips Cerdas Memilih Sepatu Lari Kece dan Nyaman

Jauh dari Pemukiman

Mereka memasak menggunakan kayu bakar di luar gubuk. Sementara tempat mandi berada di dalam gubuk tersebut.

Bukan hal mudah untuk menemukan gubuk Mbah Tarso di Purwokerto lantaran harus berjalan kaki melewati sawah dan kebun warga.

Mbah Tarso mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap di Purwokerto. Dia mengisi harinya dengan memancing belut atau lele untuk makan sehari-hari dan dijual.

Gombloh Sapi Kurban Jokowi Jenis Simmental dari Bantul Harga-nya Rp87 Juta

“Kalau dapat banyak dibagi-bagi. Sebulan paling satu dua, paling banyak tiga belut. Kadang juga mancing lele dapat lima kilogram dijual satu kilogram Rp15.000 cukup untuk makan satu pekan. Cari lagi belum satu pekan sudah dapat lagi buat nyambung. Lebih sedikit-sedikit saya tabung,” sambung dia.

Selama tinggal di gubuk tersebut, Mbah Tarso dan istrinya mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah Purwokerto maupun Banyumas. Mereka memiliki KTP Kelurahan Kedungluwuh.

"Waktu BLT pernah sekali [didatangi petugas], katanya salah sasaran, raskin atau BLT belum pernah dapat. Alamat KTP Kedungwuluh Selatan dan di sini Kedungwuluh Utara. Pernah dapat sekali saja saat di rumah dulu di Kranji," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya