SOLOPOS.COM - Alumnus Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, Ismail Aji Eko Cahyono, 24, menekuni usaha di bidang pertanian hidroponik, Markas Hydrofarm. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO— Meski masih berusia 24 tahun, seorang alumnus Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Ismail Aji Eko Cahyono, tak ragu untuk menekuni usaha di bidang pertanian. Dia berharap usaha yang dimulainya dari pekarangan rumah itu akan terus berkembang.

Pria warga Desa Tambakboyo, RT 01/01, Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo itu telah memiliki ketertarikan tersendiri di bidang pertanian sejak duduk di bangku kuliah. Dengan memanfaatkan lahan terbatas, dia merintis usaha dengan nama Markas Hydrofarm di rumahnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ide tersebut muncul saat dirinya masih kuliah. Berbekal ilmu dasar mengenai hidroponik di kampusnya, dan ilmu praktik saat dirinya magang di sebuah kebun hidroponik di wilayah Palur, Karanganyar.

Saat magang itulah dirinya untuk pertama kalinya mempelajari usaha hidroponik secara praktik langsung. “Mulai belajar penyemaian, pindah tanam, hingga diajari membuat instalasinya. Itu sekitar tahun 2019 lalu. Saya magang sekitar satu bulan,” jelas dia saat dihubungi, Selasa (27/9/2022).

Baca Juga: Lakukan Kombinasi Pertanian! Cara Sukses Jadi Petani Ala Ketua KTNA Wonogiri

Selama mengikuti magang, dia menjaga hubungan baik dengan pemilik kebun. Bahkan setelah magang, komunikasi pun masih terjalin. Ismail juga sempat diajak kerja sama dalam beberapa proyek instalasi oleh pemilik kebun tersebut.

“Sejak itu saya juga kenal dekat dengan pemilik kebun kemudian banyak mendapatkan informasi darinya tentang kebutuhan sayur seperti apa, kemudian permintaannya seperti apa,” lanjut dia.

Kemudian pada 2020, saat pandemi dia mencoba membuka kebun hidroponik sendiri. Kesempatan itu datang setelah dia mendapatkan bantuan modal UMKM dari pemerintah. “Jujur saja, saat itu ada pembagian bantuan UMKM. Sebenarnya sudah lama ingin membuka kebun hidroponik itu, namun karena masih mahasiswa, keuangan masih terbatas,” kata Ismail.

Namun saat itu kebun hidroponik yang dia buat dengan modal sekitar Rp700.000 itu baru sebatas untuk konsumsi sendiri dan menyalurkan hobi. Instalasi juga dia buat secara sederhana, dengan bekas boks buah anggur yang dia beli dari Pasar Gede, Solo. Hanya sekitar 45 lubang tanam yang dia buat untuk menanam sawi dan selada.

Baca Juga: Peringati Hari Tani, Massa Buruh Petani dan Nelayan Aksi di Depan Gedung DPR

Harga Selada Stabil

Setelah merasa tanamannya bisa tumbuh bagus dan merasa siap untuk mengembangkan usahanya, dia pun menambah instalasi hidroponiknya menjadi 1.500 lubang tanam.

“Untuk modal saya pinjam ke orang tua dan sebagian pinjam di bank. Produknya tetap selada,” lanjut dia.

Dia optimistis sebab berdasarkan hitung-hitungannya, dengan jumlah lubang tanam tersebut, bisa dibuat dalam tiga meja hidroponik. Sementara setiap satu meja dapat menghasilkan panen sekitar 50 kg selada. “Insyaallah itu cukup untuk angsuran setiap bulan,” kata dia. Terlebih sebelumnya dia telah berkonsultasi dengan pemilik kebun hidroponik tempatnya magang, dan pemilik kebun pun siap menampung hasil panen Markas Hydrofarm milik Ismail. Dia memilih selada karena menurutnya selada memiliki harga stabil dan permintaannya juga cukup banyak.

Sebulan lalu, dia kembali menambah lubang tanamnya menjadi 3.000 lubang. Dia berharap usahanya terus berkembang. Dia juga bermimpi Markas Hydrofarm bukan hanya memproduksi sayuran, namun termasuk buah. Dengan begitu dia bisa menyasar pasar yang lebih luas, termasuk ke toko modern.

Baca Juga: Guru Besar UNS: Startup Pertanian Butuh Intervensi Pemerintah

Untuk saat ini penjualan produk sayurnya lebih banyak terserap di tempatnya magang dulu. Sedangkan sisanya dia pasarkan langsung ke konsumen. Baik melalui offline maupun online. Dia mengakui juga melakukan penjualan dan promosi melalui media sosial seperti Instagram dengan alamat @markas.hydrofarm.

Terkait upaya pemerintah yang berencana mendorong pengembangan startup di bidang pertanian, dia menyebut jika saat ini sebenarnya banyak kalangan muda yang tertarik usaha pertanian. Hanya, ada beberapa hal yang harus dihadapinya. Misalnya saja soal ketersediaan dan keterjangkauan pupuk hingga pemasaran hasil panen.

Untuk itu dia menilai perlu adanya kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan usaha di bidang pertanian tersebut. Selain itu perlu adanya pendampingan dan pelatihan. “Kemudian acara bazar produk pertanian juga perlu sering digelar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya