SOLOPOS.COM - Mantri hewan di wilayah Kecamatan Karangmalang, Sragen, Taufik Suparno, menyuntik salah satu hewan ternak yang sudah sembuh dari PMK di wilayah Karangmalang, Sragen, Jumat (3/6/2022) sore. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kehadiran mantri atau dokter hewan sangat dinanti-nanti ketika ada sapi yang terinfeksi virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Para peternak sangat bergantung pada mantri hewan untuk penyembuhan penyakit itu.

Ketika sapi terkena virus itu maka berat badan sapi susut cukup signifikan lantaran tak doyan makan. Mulutnya yang sariawan membuat sapi tak mau makan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mantri hewan asal Guworejo, Kecamatan Karangmalang, Sragen, drh. Taufik Suparno, belakangan lebih sibuk. Ia setiap hari berkeliling untuk mengobati sapi-sapi yang terinfeksi PMK. Ia juga berupata mencegah agar sapi yang sehat tidak tertular.

Taufik sampai membagi waktunya, pagi untuk sapi yang sehat dan sore harinya untuk sapi yang terinfeksi PMK. Wilayah kerjanya tak cuma di Karangmalang. Ia juga melayani peternak di Kecamatan Kedawung.

“Yang membutuhkan waktu lama penyembuhan itu ketika ada luka pada kuku kaki. Namun, selama penyakit di mulut itu sembuh maka sapi doyan makan karena organ dalam sapi itu sehat. PMK itu yang diserang kan hanya mulut dan kuku kaki,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela kunjungan ke kandang ternak di Karangmalang, Sragen, Jumat (3/6/2022) sore.

Baca Juga: Tambah Lagi, Jumlah Sapi di Sragen yang Terserang PMK

Ia mengatakan penyakit lendir pada mulut sapi bisa sembuh dalam 14 hari. Untuk pengobatan luka di kaki sapi bisa memakan waktu sampai 28 hari. Apalagi kalau sampai kukunya copot, waktu yang dibutuhkan lebih lama.

Ketika PMK menyerang mulut sapi, ujar dia, maka ada empat jenis obat yang diberikan, yakni vitamin, antiseptik, antinyeri, dan antibiotik. Untuk luka pada kuku kaki diberi olesan pinisilin. Dalam sehari, Taufik bisa mengobati 39 ekor sapi seperti yang ia lakukan di kandang komunal di wilayah Pengkok, Kedawung.

Di tengah situasi wabah PMK seperti ini, peternak berharap ada subsidi obat dari pemerintah. Taufik mengakui harga obat PMK tinggi dan bisa dua kali lipat daripada harga obat flu biasa.

“Kandang kala peternak tidak sabar karena inginnya ternak cepat sembuh. Ketika tidak sabar, ternak kemudian dipotong. Untuk subsidi obat memang kurang dari pemerintah, karena tidak punya cadangan subsidi. Kalau ada campur tangan dalam penanggulangan bencana akan lain,” jelasnya.

Baca Juga: Pemilik Tak Segera Lapor, Dua Sapi Positif PMK di Sukoharjo Mati

Seperti Hadapi Covid-19

Seorang mantri hewan asal Ketro, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Setyo Marsono, mengatakan sebelum mengobati sapi yang kena PMK, ada prosedur yang harus dilakukan. Salah satunya mantri hewan harus disemprot seluruh bajunya dengan disinfektan, sama seperti saat mengobati pasien Covid-19.

Setyo pun ke mana-mana saat pengobatan selalu membawa disinfektan. Setiap selesai pengobatan maka disinfektan itu disemprotkan pada seluruh pakaiannya.

Setyo tak seperti Taufik yang sudah senior. Dalam sehari, Setyo hanya bisa melayani pengobatan 5-10 ekor sapi.

Lebih jauh, ia melihat adanya kasus kematian sapi di Tanon disebabkan kualitas pakan yang kurang. Dia mengatakan sapi-sapi lainnya yang terinfeksi bisa sembuh.

Baca Juga: Kasus PMK Meroket, Bupati Sragen Minta Gubernur Tutup Semua Pasar Hewan

“Untungnya semua peternak manut ketika diberi wawasan tentang PMK. Mereka rajin membersihkan kandang dengan menggunakan air sabun bekas cucian baju selama 10-14 hari. Saya juga memberi formula sederhana, yakni dengan memberikan air gula jawa kepada sapi itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh sapi,” jelas Setyo.

Setyo mengungkapkan pengobatan kasus PMK paling cepat terjadi di Sumberejo yang hanya membutuhkan waktu tiga hari sembuh. Dia melihat penularan PMK itu ternyata tidak dari hewan ke hewan tetapi justru dari manusia ke hewan.

Dia menjelaskan para peternak maupun bakul sapi itu tidak sadar bila di tubuhnya menempel virus. “Jadi penularan PMK cepat. 80% Populasi sapi di pasar hewan itu berisiko terkena PMK semua. Sapi dari pasar hewan itu rata-rata kena karena di pasar hewan tempat kerumunan dan berasal dari berbagai daerah. Penutupan pasar hewan itu menjadi efektif,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya