SOLOPOS.COM - Dekan Bawono, saat memamerkan salah satu keris koleksinya di rumahnya, Selasa (6/9/2022). (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Bagi masyarakat Jawa, keris tidak hanya dianggap sebagai senjata tradisional. Keris juga melambangkan sebuah simbol budaya yang harus dicintai sehingga kerap dijadikan benda koleksi seperti yang dilakukan warga Kota Salatiga, Dekan Bawono.

Dekan Bawono merupakan salah satu pencinta dan pemerhati keris di Salatiga. Tak hanya suka, ia juga mengoleksi benda tradisional yang sudah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia itu.  Total ada sekitar 30 bilah keris yang dikoleksinya, mulai dari peninggalan zaman Kerajaan Singasari hingga Mataram Islam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dekan mengaku sudah gemar mengoleksi keris sejak kuliah atau tahun 1996 silam. Kecintaannya terhadap keris diwariskan dari sang kakek. Kala itu, dirinya kerap membantu kakeknya melakukan jamasan atau membersihkan keris. Melihat kecintaanya terhadap keris, orang tuanya pun memberikan lima buah keris untuk dirawat.

Dekan pun mengaku budaya melakukan pembersihan atau jamasan terhadap keris kerap dilakukannya, terlebih saat bulan Sura, bulan yang dianggap sakral bagi masyarakat Jawa.

Menurutnya, tradisi jamasan keris ini saat ini mulai pudar. Hal tersebut karena banyak yang menganggap keris bagian dari klenik sehingga dianggap syirik. Padahal, keris merupakan bagian dari budaya Jawa dan jamasan pun menjadi sebuah tradisi.

Baca juga: Festival Blangkon Solo Siap Digeber, Ada Atraksi Budaya dan Tiktok Challenge

“Kalau jamasan itu sebenarnya tradisi. Supaya keris tidak rusak dan bisa diwariskan ke anak cucu,” jelas Dekan kepada Solopos.com, beberapa waktu lalu.

Diakuinya pembersihan keris agar tidak berkarat tidak hanya dilakukan di bulan Sura. Pembersihan atau jamasan keris bisa dilakukan kapan pun saat diperlukan.

“Tujuan membersihkan itu supaya tidak karat dan mengalami korosi. Kalau berkarat dan mengalami korosi, lama-lama bisa keropos. Bisa rusak sehingga unsur seninya otomatis pudar,” ujar alumnus Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu.

Dekan pun mengaku saat ini memiliki koleksi keris mencapai 30 bilah. Ke-30 keris itu ia peroleh melalui berbagai cara, mulai dari hunting ke beberapa daerah hingga pemberian orang.

“Kalau hunting bisa capai Soloraya, Ngawi, dan Ponorogo. Tapi ada juga yang pemberian orang karena anaknya tidak mau, jadi diberikan ke saya,” jelasnya.

Baca juga: Punya 1.345 Bilah Keris, Eks Bupati Wonogiri Ini Jadi Kolektor Terbanyak Sedunia

Dekan mengaku pernah mengalami pengalaman mistis saat mengoleksi keris. Kala itu, dirinya bermimpi ditemui seseorang yang meminta salah satu keris koleksi yang diberikan kepadanya untuk dikembalikan kepada ahli waris.

“Saat itu ditemui dalam mimpi. Minta kerisnya dikembalikan. Ya dikembalikan akhirnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya