SOLOPOS.COM - Warung makan rica-rica daging anjing di Solo, Minggu (18/2/2018). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Usaha kuliner olahan daging anjing yang dikenal juga dengan rica-rica gukguk telah menjadi penghasilan utama yang menghidupi keluarga Dr, 59, warga Kecamatan Banjarsari, Solo, selama 43 tahun terakhir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Usaha kuliner daging anjing itu telah dijalankan keluarga Dr secara turun temurun sampai empat generasi. D merupakan generasi ketiga yang menjalankan usaha kuliner daging anjing itu meneruskan simbah dan bapaknya.

Kini Dr menjalankan usaha itu di Kecamatan Banjarsari Solo bersama anaknya. “Saya sejak SMP membantu ayah, dulu enggak dimasak [rica-rica] namun digoreng,” kata Dr ketika ditemui Solopos.com di depan rumahnya, Jumat (23/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Ditanya alasan keluarganya memilih tetap meneruskan usaha kuliner rica-rica gukguk di Solo ketimbang menu lainnya, Dr mengaku menjalankan usaha karena sudah terbiasa sejak kecil. “Sejak awal ikutan ayah, orang tua, seperti itu. Kalau ikut orang lain gak enak,” jelasnya.

Dia menjelaskan dulu pedagang mengolah daging anjing dengan digoreng dan diolah rendang. Namun kini masakan daging anjing lebih bervariasi, di antaranya rica-rica, tongseng, dan satai.

Baca Juga: Menelisik Rantai Bisnis Perdagangan Anjing di Solo sampai Jadi Rica-Rica Gukguk

Dr bercerita saat dirinya masih kecil atau SMP, harga satu porsi masakan daging anjing Rp1.000. Harga itu kemudian naik menjadi Rp2.000/porsi dan Rp5.000/porsi. Kini ia menjual Rp20.000/porsi lengkap dengan nasi putih dan minumnya.

Omzet Jualan Rica-Rica Gukguk Tak Sebanyak Dulu

Dia menjelaskan sudah lama tidak membeli anjing dalam kondisi hidup lalu memotong sendiri. Bakul rica-rica gukguk di Solo itu membeli daging kiloan dari pedagang di beberapa kecamatan di Sragen.

Hal itu dilakukan karena harga anjing meningkat lima tahun terakhir. Sedangkan daging anjing yang disetok di kandang penampungan bobotnya bisa menyusut. Kini harga daging anjing Rp30.000/kg.

Baca Juga: Rantai Bisnis Perdagangan Anjing di Solo, Daerah Pemasok Masih Endemik Rabies

Bekas kandang penampungan anjing miliknya digunakan untuk ternak lele dan ayam. Salah satu pakan ternaknya bisa dari sisa bahan makanan yang tak laku terjual.

Menurutnya, omzet usahanya kini memang tidak sebanyak dulu. Dia menjalankan usahanya dengan total tiga orang namun sekarang hanya dilakukan dua orang sejak pandemi Covid-19. Dalam sehari ia mengolah daging anjing sebanyak 20 kg.

Daging itu diolah menjadi rica-rica dan goreng namun menurutnya pelanggannya banyak yang lebih suka rica-rica. Para pelanggan dari berbagai usia serta banyak yang dari luar kota. Dia mengetahui dari pelat nomor mobil maupun truk yang dipakai para pelanggannya.

Baca Juga: Sekelumit Kisah di Warung Kuliner Anjing Solo, 45 Menit Didatangi 8 Pembeli

Dr menyadari kini ada desakan mengenai pelarangan perdagangan daging anjing, bahkan anjing bukanlah hewan untuk konsumsi. Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka pun sudah menyatakan komitmen untuk menghentikan perdagangan daging anjing.

Upaya Menyetop Perdagangan Daging Anjing

Dr mengatakan akan patuh pada kebijakan pemerintah. “Fungsi pemerintah mengatur dan mengawasi. Warga harus mau diatur. Pemerintah enggak mungkin melarang tok pasti memberikan solusinya, kalau tidak, bisa timbul masalah,” jelasnya.

Menurutnya, sejumlah pedagang kuliner daging anjing atau rica-rica gukguk di Solo juga sama seperti dirinya, meneruskan usaha secara turun temurun dari orang tua dan kakek-nenek.

Baca Juga: Pengakuan Bakul Kuliner Anjing di Solo: Buka Warung karena Masih Ada Konsumen

Lurah setempat, J, menjelaskan sepengetahuannya ada tiga pelaku usaha olahan daging anjing di wilayahnya. Warga menyadari daging anjing bukan untuk konsumsi namun butuh solusi sebab sudah menjalankan usaha secara turun-temurun.

“Warga sebenarnya sadar tapi butuh solusi,” jelasnya. Seperti diketahui, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka berkomitmen menghentikan praktik perdagangan daging anjing. Tingginya tingkat konsumsi daging anjing, menurutnya, tidak selaras dengan upaya branding Solo sebagai kota budaya yang mendunia.

Kini, Wali Kota tengah mengupayakan solusi bagi semua pihak mulai dari pemasok, jagal, pedagang, hingga konsumen kuliner daging anjing agar upaya menghentikan perdagangan daging anjing benar-benar berhasil secara menyeluruh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya