SOLOPOS.COM - Ilustrasi kereta kelinci. (Istimewa/Kereta Kelinci Nuna Putri)

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI – Kereta kelinci menjadi salah satu pilihan bagi sebagian ibu-ibu di Kabupaten Boyolali untuk berwisata karena tarifnya murah meriah. Namun ternyata bukan itu saja alasan kaum emak-emak Boyolali memanfaatkan kereta kelinci sarana rekreasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ibu muda asal Belang Tengah, Gladagsari, Boyolali, Yesi Tri Wulandari, mengaku alasan memilih kereta kelinci sebagai alternatif wisata adalah murahnya harga. Dengan modal Rp2.000, ia mengaku dapat menyenangkan anaknya.

“Dulu yang lewat kereta kelinci yang dua gerbong, satu orang bayar Rp2.000 untuk keliling desa selama 30 menit. Tapi sekarang jadi Rp4.000, mungkin karena harga bensin naik. Enggak apa-apa sih, itu masih harga wajar,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Kamis (12/5/2022).

Yesi mengaku kereta kelinci di desanya tidak pergi ke daerah wisata, hanya keliling desa. Ia mengatakan tak masalah jika hanya jalan-jalan sekitar desanya karena dirasa masih aman. Namun, jika rute berubah dan melewati jalan raya, ia mengatakan tidak akan naik kereta kelinci.

“Sebagai orang tua tentu waswas karena kalau sampai jalan raya kurang safety. Biasanya kan penumpangnya banyak terus tidak ada tempat duduk,” kata perempuan 29 tahun tersebut.

Baca juga: Laka Maut Kereta Kelinci Terjadi di Boyolali, Armada Lain Kena Imbas

Selain murah, Yesi mengaku kereta kelinci sangat dinanti-nanti oleh anak-anak di kampungnya. Sehabis Asar di hari tertentu, orang tua dan anak sudah menunggu kereta kelinci untuk datang. Sebelum Lebaran, Yesi mengatakan kereta kelinci datang tiap Selasa dan Jumat.

“Sebelum Lebaran, kereta kelinci di desaku bahkan sampai muter tiga kali karena memang banyak sekali yang antre,” jelas dia.

Dinanti Banyak Orang di Desa

Setiap mendengar suara sirine khas kereta kelinci, Yesi mengatakan anaknya selalu heboh dan ingin segera naik. Ibu satu anak tersebut mengatakan buah hatinya tak pernah absen untuk naik kereta kelinci.

“Pas Lebaran kemarin hanya lewat sekali, tapi memang dinanti banyak anak dan orang tua di desa, termasuk anak saya. Jadi naik kereta lihat pemandangan sambil mendengar lagu anak-anak yang diputar di dalam kereta,” kata dia.

Baca juga: Tetap Eksis Meski Dilarang, Benarkah Bisnis Kereta Kelinci Menjanjikan?

Lebih lanjut, Yesi mengatakan telah mendengar insiden kecelakaan kereta kelinci di Andong, Boyolali. Ia mengaku kaget insiden kereta kelinci tersebut sampai meregang nyawa dua penumpang yang ternyata ibu dan anak.

Walaupun begitu, ia mengaku tidak akan kapok untuk naik kereta kelinci selama rute perjalanan kereta kelinci tidak masuk ke jalan raya. “Kalau sudah masuk di jalan raya tetap parno, tapi di desa saya hanya keliling desa dan rutenya masih aman,” jelasnya.

Sementara itu, ibu muda asal Tambak, Mojosongo, Boyolali, Tri Haryani, 29, mengaku bersama anaknya pernah naik kereta kelinci dari rumahnya hingga ke kawsan wisata Janti di Klaten dengan hanya membayar Rp5.000.

Baca juga: Hadir di TMII Sejak 1977, Kereta Kelinci Melawan Mahalnya Akses Hiburan

Biasanya ia akan naik bersama anaknya jika kereta kelinci lewat di depan rumahnya. Tri mengaku sebenarnya tidak ingin naik, akan tetapi anaknya langsung heboh jika mendengar sirine kereta kelinci.

“Aku itu sebenarnya takut, apalagi kereta kelinci yang lewat di tempatku itu yang kereta gandengan. Takut kalau pas dapat gerbong belakang terus putus sambungannya. Tapi bagaimana lagi, anak saya suka banget,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya