SOLOPOS.COM - Siswa kelas I SDN Tegalayu Solo belajar membaca secara bergiliran di ruang kelas, Selasa (21/1/2020). (Solopos/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, SOLO – Menjelang waktu istirahat siang, guru Kelas I SDN Tegalayu Solo, Kabibun, meminta siswanya untuk membaca lima baris tulisan di papan tulis. Para siswa pun mengangkat tangan untuk mendapatkan giliran.

Tapi di ruangan itu tidak ada suara riuh seperti umumnya suasana kelas saat anak-anak berebut giliran. Selasa (21/1/2020) ruangan tersebut cukup tenang. Maklum, di ruangan itu hanya ada dua siswa laki-laki dan dua perempuan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ya, tidak ada siswa lain karena di Kelas I sekolah tersebut memang hanya ada empat siswa hasil pendaftaran peserta didik baru (PPDB) 2019.

Setelah semuanya mendapatkan giliran membaca dan diperbolehkan beristirahat, keempat siswa itu langsung berlari menuju halaman sekolah untuk bermain dengan teman-teman dari kelas lainnya yang lebih dulu beristirahat. Kabibun mengatakan, suasana yang tenang di kelas itu sudah menjadi keseharian.

“Siswanya [kelas I] memang hanya empat anak, jadi di kelasnya ya tidak ramai seperti yang kelasnya banyak anak,” ujar Kabibun saat ditemui Solopos.com di sekolahnya.

Menurutnya, suasana kelas menjadi lebih sepi ketika ada siswanya yang tidak masuk sekolah. “Kalau tidak masuk satu, di kelas tinggal tiga anak. Pernah suatu hari ada dua anak yang masuk sekaligus karena sama-sama sakit, jadi yang masuk tinggal dua. Sepi sekali jadinya,” ujar Kabibun yang mengajar di SD tersebut sejak 2012.

Di sisi lain, suasana kelas yang sepi sering menimbulkan kebosanan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi anak didiknya. Namun bagi Kabibun, kewajibannya sebagai pendidik harus tetap dijalankan.

“Kadang ada rasa nglokro untuk mengajar siswa yang hanya empat orang. Apalagi kalau ada yang tidak masuk. Tapi ya sudahlah, tidak apa-apa. Saya coba cari penyemangat untuk saya sendiri dan untuk anak-anak. Misalnya menyampaikan materi dengan menyanyi,” imbuh Kabibun.

Sementara itu, SDN Tegalayu yang berlokasi di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan ini disebut Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) SD pada Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Wahyono, sebagai salah satu sekolah yang akan digabung (regroup).

Rencananya, sekolah tersebut akan digabung dengan SDN Mangkubumen Kulon yang letaknya bersebelahan. Salah satu alasan penggabungan adalah untuk efektivitas dan efisiensi pendidikan, mengingat jumlah siswanya sedikit.

Sementara itu, Kepala SDN Tegalayu, Karwi mengatakan, jumlah siswa di sekolahnya memang kian menyusut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Kelas I ada empat orang, Kelas II yang merupakan hasil PPDB 2018 ada tujuh orang,” ujarnya.

Menurutnya, jumlah siswa yang sedikit dipengaruhi populasi sekitar yang diperkirakan tidak terlalu banyak, serta adanya sekolah lain (dalam zonasi yang sama) yang menjadi pilihan mereka.

“Ya mungkin populasi anak SD juga tidak banyak karena di sini lahannya tidak hanya untuk tempat tinggal tetapi untuk instansi dan tempat usaha. Di Purwosari ini juga ada empat SD lain,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya