SOLOPOS.COM - Tim pemulasaraan jenazah melaksanakan tugas memulasarakan jenazah menggunakan protokol kesehatan di Kecamatan Gondangrejo. (Istimewa/Dokumentasi RSM Gondangrejo)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tim pemulasaraan Jenazah Covid-19 di Karanganyar bercerita suka-duka selama menjadi tim pemulasara jenazah. Salah satunya berkaitan dengan ketersediaan sarana prasarana.

Solopos.com berbincang dengan anggota sukarelawan di Kecamatan Gondangrejo, Relawan Sahabat Muslim (RSM), Triyanto. RSM, salah satu komunitas sukarelawan di Karanganyar yang tergabung dalam tim pemulasaraan jenazah Covid-19 Kabupaten Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami diutamakan memulasarakan jenazah [Covid-19] di Gondangrejo. Dari 19 anggota RSM, hanya dua yang siap 24 jam. Satu tim [pemulasaraan] delapan orang. Kami dibantu [anggota] BPBD dan sukarelawan lain,” kata Tri, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan Solopos.com melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Kudus Capai 83,97%

Akhir-akhir ini, penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tinggi di Karanganyar. Kasus kematian dengan status probable, suspek, terkonfirmasi Covid-19 juga meningkat. Akun resmi Instagram Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar @dinkeskaranganyar memaparkan data penambahan 152 kasus positif Covid-19 pada Senin (28/6/2021). Total 1.029 kasus positif Covid-19 di Karanganyar hingga Senin.

“[Minggu dan Senin] 14 pemakaman di Gondangrejo. Selain memakamkan, kami juga pernah dimintai bantuan ngrukti [memulasarakan] orang yang meninggal di rumah. Kami lepas pakaian [jenazah], menyucikan menggunakan handsanitizer dan disinfektan, mengafani, memasukkan peti. Sesuai [standar operasional prosedur] SOP,” jelas dia.

“Pernah ada kejadian tim pemulasaraan sampai tempat pemakaman lebih dulu. Kami menunggu beberapa jam lama. Kendalanya tim pemulasara di rumah sakit ternyata kehabisan peti. Ada juga kejadian armada ambulans sedang keluar semua. Itu saat kasus kematian di satu rumah sakit banyak dan nyaris bersamaan,” ceritanya.

Mereka juga menerima ujian kesabaran selama menjadi tim pemulasaraan. Saat itu, kata Tri, hujan deras. Dia mendapat jatah memakamkan jenazah Covid-19. Warga setempat enggan membantu menggali dan merapikan makam.

“Ya tidak semua begitu, tetapi pernah terjadi. Makam [yang disiapkan warga] sempit, ada batu tidak dirapikan. Pihak keluarga maupun warga setempat melontarkan kalimat yang seharusnya tidak perlu disampaikan. Mungkin berpikir ‘sudah digaji kok enggak kerja total’. Ya kami diam karena niat membantu,” tuturnya.

Tri mengakui tim pemulasaraan jenazah mendapatkan insentif dari pemerintah setiap kali memakamkan jenazah dalam kondisi tertentu. Tetapi, sistem pembayaran tidak langsung diterima setelah menyelesaikan tugas.

Baca Juga: London Taxi Luncurkan Campervan Tenaga Listrik

Sundoro mengungkapkan nilai insentif orang yang tergabung dalam tim pemulasaraan jenazah Covid-19 di Kabupaten Karanganyar Rp200.000 per orang per kasus pemakaman. Dia menyebut nilai insentif itu paling rendah apabila dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah.

“Banyumas setahu saya Rp500.000, Cilacap Rp400.000. Di sini paling rendah. Berkaitan ketersediaan anggaran. Tetapi tidak ada pemotongan. Saya yakin teman-teman ini kerja ikhlas,” tutur dia.

Nominal insentif tidak bisa dibandingkan dengan risiko yang bisa saja dialami tim pemulasaraan jenazah. Salah satu risiko terpapar Covid-19. “Niatnya ikhlas. Insya Allah untuk makan keluarga sudah ada [dari pekerjaan lain]. Saya dan keluarga pernah terpapar Covid-19. Selama dua pekan kehilangan indera penciuman dan perasa. Itu saat awal pandemi. Semoga musibah di negara ini cepat selesai, kondusif, sehat. Kami capek,” ungkapnya jujur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya