SOLOPOS.COM - Hasil panen janggelan milik Sarmin, warga Dusun Joso, Desa Temboro, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI – Maraknya budidaya tanaman porang di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tidak menggerus budidaya janggelan di kecamatan tersebut. Justru saat ini petani yang menanam janggelan bertambah.

"Di tengah maraknya porang ini justru antusias petani yang membudidayakan janggelan semakin bertambah," kata pengepul sekaligus petani janggelan asal Dusun Joso, Desa Temboro, Karangtengah, Wonogiri, Sarmin, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (17/3/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di Dusun Joso, menurut Sarmin, petani yang menanam janggelan pada musim ini naik 100 persen dibandingkan pada musim sebelumnya. Salah satu alasan warga masih minat menanam janggelan adalah lebih cepat mendapatkan keuntungan karena masa panen yang cepat, yakni dua bulan.

"Jadi kalau orang di sini bilangnya iso didadak duite [bisa segera dapat uang]. Karena janggelan itu tanaman yang paling pendek umurnya, dua bulan sudah bisa jadi uang. Sehingga dalam satu musim atau enam bulan bisa panen tiga kali. Untuk musim penghujan ini saya sudah dua kali panen," ungkap dia.

Baca juga: Harga Tembus Rp300.000/Kg, Pantas Porang Jadi Idola Petani Wonogiri

Ia mengatakan, saat ini di Karangtengah tengah berlangsung panen raya janggelan. Diperkirakan panen raya berlangsung pada Maret dan April 2021. Petani ada yang menjual daun maupun batang jenggelan, karena kedua bagian itu bisa dimanfaatkan.

Menurut Sarmin harga janggelan di Wonogiri saat ini cenderung stabil. Harga batang janggelan satu kilogram sebesar Rp12.000. Sedangkan daunnya mencapai Rp18.000 per-kilogramnya.

"Ini kalau hujannya masih berlanjut, para petani bisa panen hingga Agustus-September 2021," ujar dia.

Menurut Sarmin, hasil panen janggelan pada 2021 lebih baik daripada 2020. Karena pada 2020 terjadi kelangkaan janggelan yang disebabkan karena kemarau panjang pada 2019. Bahkan pada 2020 ekspor janggelan dari Wonogiri menurun drastis. Barang hanya cukup dijual di pasar lokal atau dalam negeri.

Baca juga: Deretan Kuliner Khas Wonogiri yang Dirindukan Kaum Boro, Dari Nasi Thiwul Hingga Tempe Besengek

Harga Janggelan Wonogiri 

Pada saat Ramadan 2020 harga satu kilogram daun janggelan mencapai Rp50.000. Sedangkan batangnya mencapai Rp30.000. Harga itu naik karena barangnya langka. Saat ini sudah normal karena stok barangnya ada dan mencukupi untuk eskpor.

"Pada 2020 bisa dibilang ekspor janggelan berhenti. Karena harganya tidak menuntut, sehingga tak mampu ekspor. Dikelola di lokalan saja habis. Kalau di sini Rp50.000 laku dijual, kalau ekspor harus harga standar," kata dia.

Baca juga: Langka! 7 Kuliner Tradisional Sragen Ini Dijual di Pasar Bahulak

Ia mengatakan, pada 2020 ia hanya mampu mengekspor satu truk kontainer saja. Setiap satu truk mampu mengangkut 18 ton. Pada 2021, dari Januari hingga saat ini, ia sudah mengekspor sebanyak empat kontainer janggelan dari Wonogiri.

"Intinya meskipun porang saat ini baru marak, janggelan di Wonogiri tetap eksis. Karena sudah komoditi ekspor. Adanya pandemi Covid-19 juga tidak berdampak. Ini saja justru harga empon-empon naik juga," kata Sarmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya