SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Madiunpos.com, MAGETAN</strong> — Penutupan jalur pendakian Cemoro Sewu, Magetan, akibat&nbsp; adanya <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180619/494/923125/puncak-dumiling-di-gunung-lawu-terbakar-200-pendaki-terjebak" title="Puncak Dumiling di Gunung Lawu Terbakar, 200 Pendaki Terjebak">kebakaran hutan</a> menyebabkan pemilik warung makan di kawasan tersebut merugi. Puluhan juta rupiah telah dikeluarkan para pedagang untuk kulakan berbagai barang dagangan sebelum malam 1 Sura.</p><p>Di kawasan jalur pendakian Cemoro Sewu setidaknya ada 30 warung dan 20 penjual dengan gerobak. Rata-rata mereka telah mempersiapkan barang dagangan untuk menyambut malam 1 Sura.</p><p>Pada malam 1 Sura biasanya ada ribuan pendaki dan warga yang melakukan ritual di puncak Gunung Lawu. Momen yang setiap tahun terjadi itu membuat para pedagang mempersiapkan diri menyetok barang dagangan lebih banyak.</p><p>Namun, malam 1 Sura atau mulai Senin (10/9/2018) jalur pendakian Cemoro Sewu ditutup sehingga ribuan orang membatalkan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180911/494/939127/hutan-dekat-candi-cetho-karanganyar-terbakar" title="Hutan Dekat Candi Cetho Karanganyar Terbakar">pendakian</a> dan melakukan ritual di puncak Lawu.</p><p>Kepala Dusun Cemoro Sewu, Agus Suwandono, mengatakan pedagang makanan dan minuman merasakan imbas dari penutupan jalur pendakian Cemoro Sewu. Puluhan pemilik warung sebenarnya sudah membelanjakan uang untuk menyetok barang dagangan.</p><p>Agus juga mengaku telah berbelanja untuk kebutuhan warung makan dan perbekalan untuk pendakian senilai Rp30 juta. Bahkan ada juga pemilik warung yang menyetok barang dagangan hingga Rp35 juta.</p><p>Menurut dia, para pemilik warung berani mengeluarkan modal berbelanja sampai puluhan juta rupiah karena ribuan orang biasanya akan memadati kawasan Cemoro Sewu pada malam 1 Sura.</p><p>"Ini kan sudah setiap tahun. Jadi para pedagang sudah tahu. Kami tahunya kan juga ada ribuan orang yang ke Cemoro Sewu," kata pria yang juga pemilik warung makan Pak Agus di samping pintu gerbang pendakian Cemoro Sewu, Rabu (12/9/2018).</p><p>Agus menuturkan saat mengetahui jalur pendakian ditutup sebagian besar pendaki kecewa. Hal ini karena tujuan mereka untuk menjalani ritual tidak bisa diwujudkan.</p><p>Lebih lanjut, omzet penjualannya pun menurun drastis hingga 70% dibandingkan pada saat jalur pendakian dibuka. Selain pemilik warung yang mengalami kerugian, berbagai usaha mulai dari penyedia parkir hingga penyedia toilet juga mengalami kerugian.</p><p>Pemilik warung makan lain, Nanik, mengakui penutupan jalur pendakian Cemoro Sewu berdampak pada omzet penjualannya. Padahal, Sura ini menjadi peluang bagi pedagang untuk mendapatkan omzet lebih besar.</p><p>"Cemoro Sewu ramainya ya saat <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180912/516/939211/ini-makna-tradisi-larungan-di-telaga-ngebel-ponorogo" title="Ini Makna Tradisi Larungan di Telaga Ngebel Ponorogo">1 Sura</a> selain 17 Agustus dan Idul Fitri. Tapi paling ramai ya saat Sura," ujar dia.</p><p>Nanik menceritakan dirinya berbelanja bahan makanan cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan saat terjadi lonjakan pengunjung. Tapi, justru pada perayaan Sura tahun ini ada peristiwa kebakaran yang menyebabkan jalur pendakian ditutup.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya