SOLOPOS.COM - Tumpukan sampah di TPA Troketon, Kecamatan Pedan ditumpuk dan ditimbun menggunakan tanah, Kamis (24/2/2022). Ketinggian tumpukan sampah itu diperkirakan mencapai sekitar 5 meter. (Solopos/TAufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kongres sampah yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten selama tiga hari menghasilkan sejumlah rekomendasi. Dari kongres itu ditargetkan ada pengurangan sampah di Klaten hingga 30 persen pada 2022.

Kongres sampah digelar di Taman RSD Bagas Waras Klaten, Rabu-Jumat (26-28/10/2022). Kongres itu diikuti berbagai kalangan mulai dari unsur pemerintah, DPRD, kepala desa, akademisi, sekolah, pengelola bank sampah, dan pegiat lingkungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Panitia Kongres Sampah, Wisnumurti Wibowo, menjelaskan kongres dibagi dalam tiga kelompok kerja (pokja), meliputi pokja regulasi pengelolaan, penanganan dan pengurangan sampah, serta circular economy.

Dari Pokja regulasi, Wisnu menjelaskan hasil kongres mendorong setiap desa memiliki regulasi berupa peraturan desa (Perdes) terkait pengelolaan sampah. Selain itu, setiap desa mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan sampah.

Dari Pokja pengurangan, hasil kongres mendorong agar ada pemilahan sampah dari rumah tangga. Hal itu tak lain untuk menjaga kapasitas tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Troketon yang diperkirakan umurnya tersisa tiga tahun lagi sebelum overload.

Baca Juga: Wow! Pengurangan Timbunan Sampah di Klaten Capai Ratusan Ton/Bulan

“Terkait pengurangan, selalu didorong motivasinya agar ada pemilahan sampah dari rumah tangga. Ini bagian penting dari pengurangan agar TPA yang tersisa tiga tahun ini bisa berumur lebih panjang tanpa harus menambah area TPA lagi. Supaya TPA bisa permanen, sampah yang masuk terkelola dan termanfaatkan,” kata Wisnu saat ditemui seusai kongres, Jumat (28/10/2022).

Dari pokja sircular economy atau ekonomi sirkular mendorong agar warga menganggap sampah masih ada nilainya.

“Kemudian kawan-kawan mengusulkan ke produsen agar membuat kemasan-kemasan, bungkus, dan sebagainya yang biodegradable, yang lebih mudah terurai,” jelas dia.

Selain rapat, ada kongres bank sampah. Dia menjelaskan di Klaten ada sekitar 60 bank sampah yang menjadi binaan DLH maupun bank sampah yang didirikan secara mandiri.

Baca Juga: Lagi, Bupati Sri Mulyani Tegas Tolak Klaten Tampung Sampah dari Kota Jogja

Dari kongres itu, didapati ada satu keluarga di Klaten yang mengelola sampah rumah tangga mereka secara mandiri.

“Ini benar-benar mengelola sampah di rumah tangga. Itu satu rumah mereka memanfaatkan sampah yang mereka punya. Kemudian ada komunitas desa juga mencoba mengumpulkan sampah nonorganik yang dijual agar bisa didaur ulang kembali oleh pihak lain,” kata Wisnu.

Disinggung tindak lanjut dari hasil kongres, Wisnu mengatakan sosialisasi hasil kongres segera digencarkan. Dia berharap di masing-masing desa muncul sukarelawan yang membantu sosialisasi terutama mengubah pola pikir masyarakat terkait sampah dengan melakukan pemilahan dari rumah tangga.

“Seperti di Desa Sawit, Kecamatan Gantiwarno itu sudah ada satgas sampah untuk sosialisasi kepada warga bagaimana mereka mengelola sampah dari masing-masing rumah tangga,” kata dia.

Baca Juga: Tanggul Kerap Jebol, 5 Sungai di Klaten Ini Kondisinya Kritis

Subkoordinator Pengurangan dan Limbah DLH Klaten, Nuri Muthi’ah, mengatakan dalam Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstrada), target pada 2021 ada pengurangan sampah sebesar 24 persen dan penanganan sampah sebesar 74 persen. Namun, realisasinya ada pengurangan sampah sebesar 27 persen dengan nilai penanganan sebesar 15 persen.

Pengurangan yang dimaksud, yakni kegiatna pembatasan, penggunaan kembali, dan daur ulang. Sementara, penanganan sampah yakni pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

“Dalam maklumat kongres tadi, pengurangan targetnya sebesar 30 persen di 2022,” kata dia.

Dari hasil kajian, nilai timbunan sampah di Klaten per hari diperkirakan mencapai 580 ton. Jumlah itu berdasarkan produksi sampah yang dihasilkan per orang per hari di Klaten sebesar 0,5 kg.

Baca Juga: Ratusan Sukarelawan di Klaten Bersih-Bersih di Kali Bagor-Ujung Sepanjang 30 Km

Terkait upaya mencapai target 30 persen, Nuri mengatakan di Klaten sudah ada sekitar 30 TPS3R.

“Dari TPS3R itu rata-rata bisa mengurangi sampai 1 ton per hari. Kalau dirata-rata per bulan bisa mencapai 25 ton per bulan. Kemudian, ada bank sampah. Satu lagi yang menjadi harapan kami itu dari budi daya maggot. Sebanyak 1 kg maggot bisa mengurangi 10 kg sampah [organik]. Ketika di Klaten ada 150 pembudidaya maggot, per hari bisa dihitung berapa ton yang bisa dikurangi,” kata dia.

Kepala DLH Klaten, Srihadi, mengatakan saat ini ada 96 ton sampah yang terangkut ke TPA per hari. Soal timbunan sampah, Srihadi menjelaskan timbunan atau produksi sampah di Klaten dari hasil kajian per hari mencapai 580 ton.



Jumlah itu berdasarkan perkiraan produksi sampah sekitar 0,5 kg per har per orang. Srihadi mengatakan ada ratusan ton sampah yang bisa dikurangi perbulan dari TPS3R, bank sampah, serta budi daya maggot.

Baca Juga: Umur TPA Troketon Klaten Diperkirakan Tinggal 4 Tahun Lagi

Dari TPS3R diperkirakan bisa mengurangi sampah hingga 370 ton per bulan, bank sampah sebesar 9 ton per bulan, dan budi daya maggot sebesar 59,2 ton per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya