SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Terorisme dan aksi kekerasan di Indonesia beberapa tahun belakangan menjadi keprihatinan seluruh elemen masyarakat. Apalagi, pelaku aksi kekerasan itu kebanyakan berasal dari anak muda yang tingkat emosinya masih labil.

Asumsi itulah yang membuat Yayasan Askobi Indonesia getol menyuarakan pesan perdamaian. Yayasan yang menaungi para korban pengeboman di seluruh Indonesia itu bergerilya dari kota ke kota. Mereka membidik kalangan pemuda khususnya pelajar. Tujuannya adalah menyebarkan pesan perdamaian.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Dalam roadshow ke sejumlah kota besar itu, mereka juga membawa korban pengeboman, pelaku bom, forum komunikasi umat beragama serta dinas terkait. Gerakan tersebut diharapkan menjadi gerakan perdamaian dan gerakan saling memaafkan.

Kota Solo sendiri dipilih menjadi kota keempat tujuan roadshow mengingat paham fanatisme dan terorisme tumbuh cukup subur di kota ini. Secretary General Yayasan Askobi Indonesia, Tony Soemarmo mengatakan Solo menjadi salah satu kota prioritas dalam gerakan duta perdamaian Askobi.

Ia mengakui kegiatan seminar dan diskusi yang diikuti 150 siswa SMA/MA/SMK itu berjalan cukup interaktif. Beberapa pelajar bertanya pertanyaan yang cukup kritis. Mereka juga terlihat antusias dan ingin tahu terutama motivasi mantan teroris saat melakukan aksi keji mereka.

“Ini merupakan tahun ketiga kami dalam menyampaikan pesan untuk saling memaafkan serta berbagi arti kasih sayang supaya tercipta dampak yang baik bagi kehidupan bangsa Indonesia,” ujarnya saat dijumpai wartawan di Hotel Arini, Sabtu (6/4).

Salah satu peserta seminar, Salsabila Akhadiah mengatakan kegiatan seminar dan diskusi itu membuat dia semakin mengerti arti jihad yang sebenarnya. Selama ini yang ia tahu, jihad adalah kegiatan amar ma’ruf nahi munkar. Ia pun menilai pengertian jihad harus jelas agar dalam pengaplikasiannya tidak salah.

Menurut siswa kelas X MA Al Islam Jamsaren ini, di sekolahnya sudah sering dilakukan mentoring untuk mencegah faham fanatisme. Pertemuan antara guru dan siswa itu juga mementahakan isu bahwa doktrin terorisme tumbuh subur di organisasi Rohis. “Pengetahuan saya semakin bertambah. Saya juga menolak kalau teroris banyak berasal dari Rohis. Sebagai anggota Rohis menurut saya kami hanya organisasi yang membahas tentang semua hal dalam agama,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemuda Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Kelik Isnawan mengatakan pendidikan karakter adalah salah satu cara yang dapat mencegah doktrin terorisme. Secara formal, pendidikan karakter sulit untuk dikembangkan di kurikulum sekolah. Namun, sekolah memiliki kesempatan untuk mengembangkan pendidikan karakter dalam program school base management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya