SOLOPOS.COM - Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, (Dirjen PAUDDASMEN) Kemendikbud, Jumeri, di Jakarta, Selasa (15/9/2020). (Antaranews.com/Humas Kemendikbud)

Solopos.com, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)terus berupaya mencegah terjadinya kekerasan pada siswa di satuan pendidikan. Salah satu upayanya dengan menanamkan penguatan karakter.

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, (Dirjen PAUDDASMEN) Kemendikbud, Jumeri, mengatakan kegiatan ini bisa menjadi titik awal peningkatan karakter. Sehingga dapat menciptakan siswa yang berkarakter, berakhlakul karimah, dan berkepribadian baik.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

"Karena individu yang baik hanya bisa diperoleh dari lingkungan yang baik," katanya dalam keterangan di Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Jumeri menyampaikan ada tiga aspek yang membentuk karakter seseorang. Pertama, keluarga atau rumah yang memberi pengaruh sangat besar yaitu 60%. Kedua, satuan pendidikan yang memberi pengaruh 25%. Ketiga, masyarakat yang memberi pengaruh sebesar 10%-15%.

Ekspedisi Mudik 2024

Diserang Kelompok Bercadar, 2 Warga PSHT Sukoharjo Luka Kena Sabetan Sajam

Tripusat pendidikan tersebut, kata Jumeri, memengaruhi pembinaan karakter siswa sehingga harus mendapat perhatian. Ia menekankan perlunya kolaborasi semua warga pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang baik tersebut.

"Masing-masing aspek mempengaruhi satu sama lainnya. Pada aspek pertama dan kedua kita masih bisa kendalikan, tapi kalau pada jenjang masyarakat akan sulit," katanya.

Kegiatan Edukatif

Untuk mencegah dan mengatasi tindak kekerasan siswa di sekolah, ia menyarankan agar kekerasan tidak boleh dilawan dengan kekerasan.

Ia mendorong semua pihak menggalakkan berbagai kegiatan edukatif seperti menyiapkan program sekolah yang ramah anak, menyenangkan, dan model pembelajaran yang mengarah pada pembinaan karakter peserta didik, meningkatkan fasilitas sekolah yang dapat memonitor seluruh sudut sekolah dengan baik.

"Sudut sekolah yang tidak terlihat seperti kamar mandi, rawan menjadi tempat tindak kekerasan [pada siswa]," katanya.

Unipma Ajak Mahasiswa Aktif Berorganisasi dan Siap Bela Negara

Kemudian, menggiatkan program yang mampu meningkatkan pemahaman tentang persaudaraan, hati nurani, dan toleransi. Juga ketulusan dan kejujuran siswa seperti ekstrakurikuler, dan kegiatan lain yang positif.

Selanjutnya, melibatkan orang tua dalam memecahkan problematika pembelajaran.

"Jangan sampai ada pandangan kalau orang tua diundang ke sekolah hanya karena masalah uang atau karena putra-putrinya ada kasus di sekolah," katanya.

Wisudawan Berjoget Ala Blackpink di Atas Panggung, Bikin Heboh

Disebutkan adanya interaksi antara orang tua dengan sekolah, memungkinkan kedua belah pihak mengenal dan memahami karakter dan potensi siswa. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) seperti sekarang.

"Adakan pertemuan bulanan berupa kelas parenting secara berkala. Di forum itu guru dan orang tua siswa saling bertukar informasi tentang kegiatan sekolah, kendala belajar hingga kondisi peserta didik di rumah," kata Jumeri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya