SOLOPOS.COM - Petugas medis melayani santri di klinik kesehatan Ponpes Sunan Gunung Jati, Kismantoro, Wonogiri, belum lama ini.(Istimewa/K.H. Sutrisno Yusuf)

Solopos.com, WONOGIRI—Seluruh pondok pesantren atau ponpes di Wonogiri dilarang menerima tamu pada momentum Lebaran. Kebijakan itu untuk mencegah risiko penularan Covid-19. 

Kepala Kantor Kementerian Agama atau Kemenag Wonogiri, Cahyo Sukmana, kepada solopos.com, Rabu (12/5/2021), menyampaikan kebijakan pelarangan menerima tamu di lingkungan ponpes di Wonogiri berlangsung sejak tahun lalu. Kebijakan itu berlaku di hari biasa maupun selama momentum Lebaran. Kebijakan itu, meliputi melarang ponpes menerima kunjungan orang tua/wali santri. Orang tua/wali yang mengantar santri tidak boleh masuk lingkungan ponpes. Orang tua/wali hanya boleh mengantar sampai di depan pagar ponpes.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Santri juga tidak boleh keluar dari kompleks ponpes. Pengasuh ponpes pun tak boleh menerima tamu dari pihak luar. Selain itu, silaturahmi di lingkungan ponpes harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Cahyo mengaku sudah mengingatkan pengasuh ponpes di Wonogiri untuk tetap menjalankan aturan tersebut selama momentum Lebaran 2021 ini.

“Di Wonogiri ada 34 ponpes yang memiliki izin operasional. Sebagian besar ponpes sudah memulangkan santri sebelum kebijakan pelarangan mudik, 6 Mei lalu. Jadi, santri yang masih ada di ponpes sekarang ini tinggal sedikit,” kata Cahyo. Sebelum pulang, para santri harus menjalani tes cepat antigen. Hal itu untuk memastikan mereka terbebas dari Covid-19 sejak dari Ponpes, supaya tidak terjadi penularan Covid-19 di rumah mereka.

Cahyo tak memungkiri pelarangan kunjungan orang tua/wali sebelumnya sempat menimbulkan pro dan kontra. Orang tua mengeluh mengapa mengunjungi anak tidak boleh. Namun, dia menegaskan aturan ketat itu untuk mencegah penularan Covid-19. Jangan sampai penularan Covid-19 klaster ponpes di Sempon, Kecamatan Jatisrono pada 2020 lalu kembali terjadi. Dia menyebut peristiwa di ponpes tersebut harus menjadi pembelajaran, sehingga penerapan protokol kesehatan tidak boleh kendur.

“Saya mewanti-wanti betul semua ponpes di Wonogiri, jangan sampai timbul klaster penularan Covid-19 baru,” imbuh Cahyo.

Harus Konsisten

Dia menilai penekanan agar pihak ponpes konsisten dalam menjalankan protokol kesehatan harus berlanjut. Hal itu lantaran protokol kesehatan di lingkungan ponpes sempat kendur saat penambahan kasus terkonfirmasi positif di Wonogiri melandai. Setelah tingkat penambahan kasusnya kembali naik pihak ponpes memperketat penerapan protokol kesehatan lagi.

Terpisah, pemimpin dan pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati, Kismantoro, K.H. Sutrisno Yusuf, mengatakan santri yang masih tinggal di Ponpes hanya santri kelas XII setingkat aliyah atau SMA sebanyak lebih kurang 80 orang. Ratusan santi lainnya sudah pulang. Menurut dia protokol kesehatan di ponpes  selalu ketat sesuai aturan, termasuk melarang santri keluar dari ponpes dan menerima kunjungan orang tua/wali. Berkat kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan tersebut Ponpes Gunung Jati mendapat penghargaan berupa uang pembinaan senilai Rp125 juta dan peralatan pendukung senilai Rp8 juta dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Oktober 2020 lalu. Sutrisno memastikan pihaknya tidak akan menerima tamu dari pihak mana pun selama momentum Lebaran.

“Klinik kesehatan di lingkungan pondok selalu siap menangani santri atau pengasuh yang sedang tak sehat. Selama Lebaran nanti klinik juga akan buka. Terkait Salat Idul Fitri, nanti kami gelar di masjid pondok. Jemaahnya khusus warga pondok,” kata Sutrisno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya