SOLOPOS.COM - Suasana taman setelah selesai proses renovasi di Monumen 45 Banjarsari, Solo, Kamis (25/2/2016). Warga menyayangkan tidak adanya fasilitas toilet umum serta air mancur di monumen tersebut yang jarang dihidupkan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

PKL yang kembali bermunculan di Taman Monjari Solo tak akan digusur, tapi diberdayakan untuk merawat taman, termasuk mencegah PSK.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) menggelar dagangan di jalur pejalan kaki Taman Monumen ’45 Banjarsari (Monjari) selama beberapa waktu terakhir. Pedagang dadakan tersebut tidak akan digusur, namun akan ditata untuk mengisi sepinya taman itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com di Taman Monjari, Minggu (20/11/2016), sejumlah pedagang makanan dan minuman dengan gerobak menggelar dagangan di depan pintu masuk ruang publik yang selesai ditata awal bulan ini. Empat PKL juga terlihat menggelar dagangan lesehan di trotoar sisi utara Taman Monjari. Aktivitas PKL lesehan berjalan kurang lebih selama tiga jam.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo, Hasta Gunawan, mengemukakan pihaknya telah memantau aktivitas PKL di sekitar ruang publik tersebut selama beberapa pekan terakhir.

“Kami sudah memantau aktivitas PKL di sana. Kalau pakai gerobak dan rapi tidak apa-apa. Tapi jangan lesehan di trotoar. Itu buat pejalan kaki,” terangnya saat ditemui Solopos.com seusai memantau kegiatan pengecatan tembok dan pagar Taman Monjari, Minggu (20/11.2016) siang.

Hasta mengatakan pihaknya berencana menjalin koordinasi dengan Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) untuk menata pedagang yang membuka dhasaran di kompleks Taman Monjari. “Kami inginnya diatur mumpung masih awal dan belum terlanjur banyak yang buka lapak di sana. Karena biasanya kalau ada gula ada semut. Paling tidak Desember ketika dibuka nanti sudah tertib semuanya,” jelasnya.

Menurut Hasta, Taman Monjari segera dibuka penuh bagi pengunjung setelah pemasangan fasilitas bermain lewat bantuan program corporate social responsibility (CSR) rampung. “Dalam waktu dekat ini segera dipasang dan taman bisa segera diresmikan,” kata dia.

Sementara itu, sejumlah pengunjung menyampaikan pendapat beragam menanggapi maraknya aktivitas PKL di sekitar Taman Monjari. Irawan, 27, sependapat keberadaan PKL di sekitar ruang publik tersebut perlu ditata.

“Jangan digusur. Ditata saja. Sediakan tempat khusus semacam selter di luar taman yang representatif. Soalnya kalau tidak ada PKL, taman ini sepi sekali dan rentan dipakai tempat mangkal PSK. PKL bisa diberdayakan untuk membantu menjaga taman,” ujarnya.

Koordinator Komunitas Olahraga Pagi Monumen ‘45 Banjarsari, Suharno, 43, menuturkan keberadaan PKL dadakan di sekitar ruang publik tersebut mulai tumbuh sejak trotoar di sekeliling Taman Monjari selesai dibangun. “Biasanya jam 07.00 WIB mulai berdatangan. Tidak hanya Minggu saja tapi juga hari lainnya,” tuturnya.

Menurut Suharno, DKP harus memiliki visi yang jelas untuk mengelola Taman Monjari sebagai ruang publik. “Fungsinya untuk apa dulu, apakah edukasi, rekreasi, pusat olahraga atau apa. Sebagai tempat bersejarah yang sudah dibangun, mestinya pemerintah punya program yang jelas sehingga Monjari tidak kembali menjadi jujukan tuna wisma dan PSK mangkal,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya