SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Antara/M. Risyal Hidayat)

Indonesia mengerahkan 6 KRI ke perbatasan Indonesia-Filipina untuk mencegah pelarian militan Maute.

Solopos.com, MANADO — TNI telah menyiapkan enam KRI untuk mengawal perbatasan Indonesia-Filipina di tengah operasi militer Filipina mengusir militan Maute dari Marawi. Patroli perbatasan tersebut dilakukan untuk mencegah anggota militan yang berafiliasi dengan ISIS itu masuk ke Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen Ganip Warsito, menyatakan dari hasil koordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan setempat, ada sejumlah langkah antisipasi. Langkah pertama adalah mencegah pelarian militan Maute dari Filipina ke Indonesia.

“Kita lalukan penegakan hukum, counter terorism, dan deradikalisasi. Kita juga melakukan patroli laut, ada 6 kri yang siap mengawal perbatasan Indonesia-Filipina. Kita juga telah memberikan penjelasan pada masyarakat tentang kelompok radikal Maute. kita mengajak untuk melakukan pengamanan wilayah, paling tidak dengan siskamling, dan melaporkan hal mencurigakan ke polisi,” kata Ganip dalam wawancara yang disiarkan live oleh Kompas TV, Rabu (14/6/2017).

Dari perkembangan terakhir perbatasan, Ganip menyatakan aparat belum menemukan indikasi penyusupan kelompok militan dari Filipina. “Tapi yang namanya infiltrasi itu biasanya cari kelengahan. Kita siapkan satgas untuk backup ini, tapi kekuatan sekarang sudah cukup untuk antisipasi,” kata dia.

Sementara itu, pengamat intelijen dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan TNI perlu melakukan patroli tertutup dalam mengantisipasi masuknya kelompok Maute dari Filipina ke Indonesia. Tujuannya agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.

“TNI Angkatan Laut harus patroli tertutup. Tidak perlu menggunakan seragam maupun kapal besar. Ini agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat,” ujar pengamat intelijen UI Ridlwan Habib di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan memang ada kemungkinan gerilyawan pro-ISIS Marawi menyeberang ke Sulawesi Utara. Gerilyawan ini, menurut dia, memiliki jalur rahasia untuk masuk ke Indonesia.

“Mereka punya jalur-jalur tikus yang sudah belasan tahun digunakan, ini harus diantisipasi TNI. Di dalam kota-kota terluar juga harus dilakukan pemantauan Intelijen, terutama jika ada pendatang tidak dikenal, Polri harus melibatkan masyarakat agar bisa waspada,” katanya.

Hingga saat ini pertempuran antara militer Filipina dengan kelompok ekstrimis pro-ISIS yakni Maute, di Marawi, Filipina, tak kunjung usai. Ridlwan mengatakan masih ada 300-an pasukan pro-ISIS yang menguasai sudut kota Marawi, dan mereka juga memiliki akses transportasi laut.

Pemerintah Filipina juga telah mengajak sejumlah negara seperti Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, termasuk Indonesia untuk ikut membantu menggempur kelompok Maute di Marawi guna mencegah meluasnya kelompok pro-ISIS di kawasan Asia Tenggara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya