SOLOPOS.COM - Plt. Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkatan Jalan KNKT, Ahmad Wildan ditemui pasca peninjauan lokasi di Bukit Bego, Kedungbueng, Wukirsari pada Senin (14/2/2022). (Harianjogja.com/Catur Dwi Janati)

Solopos.com, BANTUL — Pascakecelakaan maut bus GA Trans yang menelan belasan korban jiwa di Bukit Bego, Kedungbuweng, Wukirsari, Bantul, beberapa waktu lalu, sejumlah upaya dicari untuk mengantisipasi kejadian serupa. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merekomendasikan dua upaya untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan lagi di jalur maut tersebut.

Dua rekomendasi itu yakni dibangunnya jalur penyelamat dan kolam jebakan di beberapa lokasi di jalur maut Bukit Bego. Selain itu, perlu ada penyusunan route hazard mapping atau pemetaan jalur rawan kecelakaan oleh Pemprov DIY.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Memetakan hazard pada lintasan destinasi wisata di seluruh provinsi DIY, bukan cuma di sini,” jelas Plt. Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkatan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, pada Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Asal Usul Bukit Bego, Jalur Maut di Imogiri Bantul

Pemetaan tersebut, kata Wildan, akan menjadi pedoman untuk menentukan kebijakan pemasangan rambu. KNKT juga merekomendasikan Dishub DIY untuk memasang peringatan penggunaan gigi rendah di jalan menurun.

Selanjutnya untuk Bina Marga, Wildan merekomendasikan dibangunnya jalur penyelamat dan kolam jebakan di beberapa titik. Ban-ban yang terpasang saat ini, menurut Wildan, masih menimbulkan risiko.

Bila masuk pada celah pertama, ban dapat menghentikan putaran roda namun inersia atau kelembaman tidak bisa dihentikan. “Artinya ketika nabrak orangnya terlempar ke depan semuanya,” jelasnya.

“Jadi yang kita desain adalah kolam jebakan, jadi ketika masuk [kolam] penumpangnya juga tidak akan terlempar keluar. Kalau dia masuknya nabraknya di tebing, dia bisa mental kaya karambol masuknya ke jurang. Kan di kirinya jurang,” tambahnya.

BAca Juga: Bukit Bego Patung Semar, Saksi Bisu Kecelakaan Bus Maut di Bantul

Pertahankan Ban

Wildan mengapresiasi keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan kecelakaan. Ban yang ada akan diperbaiki dan dikembangkan. “Enggak kita buang, kita kembangkan jadi lebih baik,” tandasnya.

Rencananya ban akan dipasang di sekitar ujung kolam jebakan. Kolam jebakan merupakan kolam yang berisi batuan gravel dengan celah yang lembut di dalam kolamnya. Secara sistematikanya, kendaraan yang masuk kolam jebakan akan amblas dan sulit bergerak, namun penumpang tetap aman. Di bagian sekitar ujung kolam jebakan ini lah nantinya ban akan dipasang.

“Begitu truk atau bis masuk dia akan jeblos masuk ke dalam kolam batu, batuan gravel. Kalaupun di mbablas di depan sudah kita kasih ban. Jadi bannya enggak terlempar ke mana-mana dan kalau pun dia nabrak enggak akan kemana-mana, dia sudah dijepit oleh batu,” terangnya

Kolam jebakan akan dipasang di sebelah kanan, sedangkan sebelumnya di bagian kiri akan di pasang dua titik jalur penyelamat.

Baca Juga: Bus Maut Tabrak Tebing di Bukit Bego Bantul Tak Layak Jalan?

“[Jalur penyelamat] itu ada di tanah yang punya milik UGM itu ada di sebelah kiri jadi cukup lapang. Kita bisa pasang jalur penyelamat di sana,” terangnya.

Berdasarkan usulan Wildan, dibutuhkan adanya titik penyelamat meliputi dua jalur penyelamat dan satu kolam jebakan. Jalur penyelamat berbentuk lintasan dengan gradien naik seperti tanjakan yang dibangun di sisi luar jalan, tepatnya bagian kiri jalur.

“Segera, itu adalah rekomendasi segera kita, masang papan peringatan sama membuat kolam jebakan. Kalau jalur penyelamat nanti kita lihat anggarannya,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya