SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA–Untuk menekan kasus-kasus kekerasan di wilayah Jogja, lembaga pendidikan diharapkan ikut bertanggungjawab. Selama ini, baik sekolah maupun perguruan tinggi (PT) dinilai terlalu terisolasi dalam ide, teori dan jarang merangkul masyarakat.

Rektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogja, Djohan mengatakan, terlalu dini bila Jogja dilabeli darurat kekerasan. Dia menilai, kasus-kasus kekerasan yang terjadi salah satunya disebabkan karena lembaga pendidikan (sekolah/PT) kurang membuka diri. PT, katanya, bahkan kurang memberi ruang bagi mahasiswa/pelajar pendatang untuk berbicara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kampus hanya dijadikan tempat untuk menerima mahasiswa dari luar daerah. Semestinya, setiap kampus membuka diri dan bersinergi dengan masyarakat agar kekerasan yang banyak melibatkan mahasiswa pendatang bisa diantisipasi,” katanya ditemui usai kuliah umum mengangkat tema Harmonisasi Kearifan Lokal dan Internasionalisasi Pendidikan dalam Masyarakat Multikultur di UKDW, Jumat (15/11/2013).

Dia juga berharap, masyarakat Jogja harus proaktif mendekati pelajar/mahasiswa pendatang untuk mengenalkan kebudayaan dan tata krama Jogja yang adiluhung.
Hal yang juga perlu dilakukan adalah menghapus stereotip terhadap kelompok mahasiswa tertentu yang menjadi penyebab disharmonisasi di masyarakat. Sebab, lanjutnya, bila ada mahasiswa dari suatu daerah berbuat onar, belum tentu semua mahasiswa dari daerah tersebut perilakunya buruk.

“Di sinilah kampus memiliki peran sebagai mediasi. Kampus bisa mengudang tokoh masyarakat maupun aparat untuk diskusi dengan mahasiswa tersebut. Kalau perlu, dosen-dosen muda merangkul mereka sebagai teman. Ajari mereka tentang kebudayaan Jogja. Bila di kampus sendiri tidak aman, bagai mana akan menerapkan di luar,” terang Djohan.

Sementara itu, Dosen Humaniora UKDW, Jeanny Dhewayani menjelaskan, keberadaan masyarakat Indonesia masih dalam masa transisi menuju masyarakat yang demokratis. Kekerasan yang masih terjadi dalam penyelesaian masalah merupakan cermin belum dewasanya masyarakat.

“Para pendidik harus terpanggil untuk mengembangkan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan, supaya generasi penerus membawa negeri ini ketataran negara demokratis,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya