SOLOPOS.COM - Anggota Pramuka Peduli Boyolali bersama PMI dan Dinkes Boyolali menyerahkan bantuan ikan pemakan jentik-jentik nyamuk di beberapa wilayah, Senin (29/4/2024). (Istimewa/Kwarcab Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Demi mencegah meluasnya penyakit demam berdarah dengue atau DBD, anggota Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Boyolali bersama Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Nyamuk Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali membagikan 1.000 ikan pemakan jentik-jentik nyamuk.

Ikan dibagikan ke lima kecamatan yakni Boyolali, Musuk, Cepogo, Wonosegoro, dan Juwangi pada Senin (29/4/2024). Kegiatan tersebut digelar Pramuka Peduli, Dinkes Boyolali, PMI Boyolali, dan sukarelawan juru pemantau jentik-jentik (jumantik).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pejabat Humas Kwarcab Boyolali, Eksani, menyampaikan ada sekitar 100 anggota Pramuka Peduli yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Eksani mengatakan di Kecamatan Cepogo ada sekitar 70 anggota Pramuka Peduli, sedangkan di kecamatan lain ada 7-10 orang.

“Ikannya kami sebar ke daerah yang ditentukan oleh Dinkes Boyolali, ke bak mandi warga. Ada 1.000 ikan atau satu kuintal lebih,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (2/5/2024).

Ia berharap kegiatan penyebaran ikan pemakan jentik-jentik nyamuk tersebut dapat mengurangi dan mencegah penyakit DBD di Boyolali. Lebih lanjut, Eksani menjelaskan pada 8 Mei 2024 nanti Pramuka Peduli akan kembali bergabung dengan Dinkes Boyolali untuk menyebar ikan pemakan jentik-jentik nyamuk.

Untuk lokasi penyebaran, Eksani masih menunggu informasi dari Dinkes Boyolali. Sementara itu, Koordinator Pramuka Peduli, Sutrisno, berharap kegiatan itu dapat diikuti instansi lain. Selain itu, ia berharap Pramuka Boyolali semakin aktif mengikuti kegiatan kemanusiaan.

“Kegiatan penyebaran 1.000 ikan tersebut melibatkan banyak orang dan merupakan aksi nyata pramuka untuk peduli sesama,” kata dia.

Berdasarkan data Dinkes Boyolali, per 2 Mei 2024 pukul 14.38 WIB, ada 430 kasus DBD. Perinciannya, 78 kasus dengan dua kematian dilaporkan pada Januari. Kemudian pada Februari terdapat 90 kasus dengan satu kematian, pada Maret terdapat 157 kasus dengan empat kematian, pada April ada 103 kasus, dan pada Mei tercatat dua kasus.

Jumlah kasus kematian tertinggi akibat DBD di Boyolali terjadi di Wonosegoro dengan tiga kematian dari tujuh kasus DBD, disusul Wonosamodro dengan dua kematian. Teras ada 36 kasus dengan satu kematian, dan Sawit ada 10 kasus dengan satu kematian.

Selanjutnya, di Kecamatan Selo ada satu kasus, Ampel 10 kasus, Cepogo 38 kasus, Musuk 17 kasus, Boyolali I 13 kasus, Boyolali II 42 kasus, Mojosongo 13 kasus, Banyudono I 14 kasus, Banyudono II ada dua kasus, Sambi 29 kasus, Ngemplak 15 kasus, Nogosari ada tujuh kasus.

Kemudian di Puskesmas Simo mencatat ada 29 kasus, Karanggede 30 kasus, Klego delapan kasus, Klego II 13 kasus, Andong 33 kasus, Kemusu 17 kasus, Juwangi 18 kasus, Gladagsari sembilan kasus, dan Tamansari tujuh kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya