SOLOPOS.COM - Ilustrasi kisah Abu Nawas (Kumpulanmisteri.com)

Catatan sejarah tentang Abu Nawas, tokoh lucu dalam kisah 1001 Malam.

Solopos.com, SOLO – Pernahkan Anda membaca kisah humor tentang Abu Nawas? Ya, nama Abu Nawas kerap muncul diberbagai kisah humor 1001 Malam. Tokoh Abu Nawas terkenal sebagai penyair yang cerdik dan nyentrik. Nah, siapakah sosok Abu Nawas sebenarnya?

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Dihimpun Solopos.com dari Biography.yourdictionary.com, Selasa (8/11/2016), Abu Nawas merupakan julukan bagi penyair dari jazirah Arab yang sangat terkenal di era Dinasti Bani Abbasiyah. Orang-orang di Baghdad, Irak, menjulukinya Abu Nawas (bapak ikal), lantaran ia memiliki rambut hitam yang panjang dan lebat.

Nama asli Abu nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Ia lahir pada 145 H(747 M) di Kota Ahvaz, Persia (sekarang Iran). Hani Al-Hakam yang berdarah Arab, berprofesi sebagai tentara militer, sedangkan Jalban, ibunya adalah seorang buruh cuci berdarah Persia.

Sejak kecil, Abu Nawas sudah menjadi yatim, karena ayahnya meninggal di medan pertempuran. Sang ibu kemudian membawanya ke Basrah, Irak. Di sana, ia belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Namun, kemiskinan membuat hidup Abu Nawas dan ibunya teramat sulit. Bahkan, pada usia remaja, Abu Nawas pernah dijual sebagai budak.

Beruntung, Abu Nawas dibeli oleh seorang dermawan yang kemudian membebaskannya. Setelah bebas, Abu Nawas melanjutkan hidupnya dengan mengembara dan berguru kepada para tokoh sufi diberbagai jazirah Arab. Kecerdasan Abu Nawas membuatnya cepat menyerap segala ilmu yang diberikan gurunya.

Saat dewasa, Abu Nawas menetap di Baghdad, Irak, sebagai penyair. Dikutip Solopos.com, dari Britanica.com, Selasa (8/11/2016), kepiawaiannya menulis puisi, ditambah sifatnya yang kocak membuat namanya semakin dikenal oleh masyarakat, termasuk para kaum bangsawan. Bahkan, Khalifah Harun Al-Rasyid pernah menunjuknya sebagai penyair istana.

Sayangnya, kedekatan Abu Nawas dengan kaum bangsawan itu mengubah isi syairnya yang cenderung memuja penguasa. Kendati demikian, kedekatannya dengan penguasa pernah membuatnya mendekam di penjara. Hal itu terjadi ketika Abu Nawas membaca puisi yang menyebabkan Khalifah Harun Al-Rasyid murka dan memenjarakannya.

Dirangkum Solopos.com dari Arabworldbooks, Selasa (8/11/2016), saat mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah menjadi religius. Jika sebelumnya syairnya berisi tentang kehidupan duniawi yang penuh kemewahan, saat dipenjara ia lebih banyak menulis syair tentang kekuasaan Allah. Tampaknya, penjara telah membuatnya sadar akan kesombongannya.

Setelah bebas dari penjara, Abu Nawas melanjutkan hidupnya sebagai seorang pertapa. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk beribadah kepada Tuhan. Menurut berbagai catatan sejarah, Abu Nawas meninggal pada 814 M.

Meski dikenal humoris dan sangat bersahaja, tetap saja ada orang yang membenci Abu Nawas. Konon, kematiannya disebabkan oleh penganiayaan yang dilakukan oleh keluarga Nawbhakti, yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syuzini, Baghdad, Irak. (Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya