SOLOPOS.COM - NYAMAN -- Bus kota di Kiev, Ukraina yang nyaman membuat perjalanan dengan transportasi umum jadi menyenangkan. Hanya saja kendala bahasa bisa membuat warga asing salah naik. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

NYAMAN -- Bus kota di Kiev, Ukraina yang nyaman membuat perjalanan dengan transportasi umum jadi menyenangkan. Hanya saja kendala bahasa bisa membuat warga asing salah naik. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

Tingkah supir taksi Ukraina sepanjang gelaran Euro 2012 lumayan memancing kekesalan. Jurus aji mumpung diberlakukan, terutama terhadap turis-turis mancanegara. Tarif taksi dinaikkan hingga dua atau tiga kali lipat dari harga normal.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Pernah suatu hari saya mencari taksi di Fanzone Kiev untuk pergi ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia yang letaknya memang agak di pinggir kota. Saat itu sudah malam sekitar pukul 23.30 dan saya sendirian. Karena sulit mencari kendaraan umum, terpaksa mencari jasa taksi. Tanpa pikir panjang, supir taksi langsung meminta harga tinggi sebesar 100 hryvnia atau setara Rp 110.000. Padahal menurut petugas KBRI, tarif normalnya hanya sekitar Rp 40.000. Saya pun hanya bisa dongkol karena kejadian serupa beberapa kali terulang.

Taksi jadi kebutuhan yang cukup vital bagi saya yang masih buta dengan Ukraina. Tapi gara-gara tarifnya selangit, mau tidak mau harus melirik moda transportasi lainnya. Di Ukraina, Kiev dan Donetsk, angkutan umum sangat banyak dan beragam. Ada bus, trem dan subway (di sini dikenal dengan Metro). Tarifnya sangat bersahabat dengan kantong saya. Sayangnya, naik trem atau bus kadang membingungkan. Kendalanya apalagi kalau bukan bahasa atau tulisan asing yang sangat sulit dipahami. Alhasil, kesasar adalah hal lumrah jika nekat naik kendaraan umum sendirian.

Untuk Metro, tujuan ke manapun hanya dipatok dengan tarif 2 hryvnia atau sekitar Rp2100. Sedangkan ongkos naik bis atau trem juga tak jauh berbeda. Rata-rata kisarannya di bawah 3 hryvnia atau sekitar Rp3100.

Kalau ingin lebih murah dan sehat, cobalah jalan kaki. Dan faktanya, selama meliput di Ukraina ini, saya dan rekan-rekan jurnalis lainnya memang lebih banyak berjalan kaki. Memang capek, tapi lama-lama biasa juga. Dalam sehari, mungkin kami bisa berjalan kaki lebih dari lima atau enam kilometer. Padahal saat di Tanah Air, hal itu nyaris tak pernah dilakukan. Saya memghitung jarak jalan kaki saya selama sepekan di Ukraina sepertinya lebih banyak dibanding dalam setahun di Indonesia!

Tapi yang perlu digarisbawahi, jalan kaki di Ukraina sangat nyaman. Di sini, pejalan kaki adalah raja. Area jalan kaki dibuat sangat nyaman dan ada di mana. Rambu-rambu bagi penyeberang jalan bisa ditemui di setiap ruas jalan. Kendaraan seperti mobil atau bus juga sangat menghormati pejalan kaki.

Jika kaki sudah melangkah ke zebra cross, bisa dipastikan mobil-mobil akan berhenti dengan otomatis. Tidak ada klakson atau umpatan dari pengendara mobil ata supir bus. Tapi, pejalan kaki juga tidak boleh seenaknya. Mereka harus mematuhi rambu-rambu kapan boleh menyeberang dan kapan harus berhenti. Tapi yang jelas, di sini saya merasakan pejalan kaki benar-benar berada di strata tertinggi. Semoga virus positif tersebut bisa segera menular ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya