SOLOPOS.COM - Ribuah warga berebut gunungan Sekaten di halaman Mesjid Agung Solo, saar puncak perayaan Sekaten 2015. Kamis (24/12/2015). Acara tersebut digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Keraton Solo menjadwalkan acara Grebeg Mulud dan kirab gunungan dalam rangkaian perayaan Sekaten tahun ini pada Sabtu (8/10/2022). Sebanyak 2.500 peserta bakal mengikuti tradisi kirab dari Keraton menuju Masjid Agung Solo itu.

Hal itu sesuai surat undangan liputan dari Keraton Solo yang diterima Solopos.com, Selasa (27/9/2022) siang. Surat itu ditandatangani Pengageng Parentah Keraton Solo KGPH Adipati Dipokusumo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gusti Dipo, sapaan akrabnya, menjelaskan Keraton Solo akan menyelenggarakan Hajad Dalem SISKS Pakoe Boewono XIII berupa rangkaian Hajad Dalem Pareden Garebeg Mulud Tahun Ehe 1956.

Acara bertajuk Kirab Gunungan Garebeg Mulud Tahun Ehe 1956 dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Kagungan Dalem Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berlangsung pada Sabtu pekan depan mulai pukul 10.00 WIB.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelum Grebeg Mulud tersebut, rangkaian acara didahului dengan tradisi menabuh gamelan Sekaten Solo selama tujuh hari mulai Sabtu (1/10/2022). Sekitar 1.000 orang akan dilibatkan dalam kirab memboyong gamelan dari Keraton menuju Bangsal Pradangga atau Pagongan Masjid Agung Solo.

Baca Juga: Gamelan Sekaten Solo Ditabuh Akhir Pekan Ini, 1.000 Orang bakal Dilibatkan

Di Pagongan itulah dua set gamelan yakni gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari akan ditabuh. Biasanya, tabuhan awal ditunggu-tunggu masyarakat. Sebagian masyarakat, terutama kaum perempuan, percaya mendengarkan gamelan Sekaten sembari mengunyah kinang bisa membuat awet muda.

Sementara mengenai kirab gunungan dalam Grebeg Mulud Sekaten Solo yang akan digelar, Sabtu (8/10/2022), ada dua gunungan yakni gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan). Dua gunungan yang menyimbolkan keseimbangan itu berbeda wujudnya.

Budayawan Solo yang juga Dosen Sejarah UNS, Tundjung W Sutirto, menjelaskan gunungan jaler berbentuk kerucut yang melambangkan umur panjang, kesejahteraan, dan kebulatan tekad.

Baca Juga: Tak Melulu Komersial, Ini Daftar Ritual Sekaten di Keraton Solo

Hal itu disimbolkan dengan adanya rangkaian telur, kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucur pada gunungan tersebut. Telur sebagai simbol awal kehidupan. Di samping itu telur memiliki makna kebulatan tekad.

Kemudian, kacang panjang memiliki makna atau doa supaya memiliki umur yang panjang. “Lalu cabai merah dengan warna merah dan rasanya pedas bisa disimbolkan kekuatan dan keberanian,” jelas Tundjung, belum lama ini.

Sedangkan gunungan estri pada Grebeg Maulud sebagai puncak Sekaten di Solo menjadi simbol wanita atau permaisuri raja dengan bentuk kerucut yang terbalik.

Baca Juga: Membaca Arti Simbol-Simbol Gunungan Jaler-Estri di Grebeg Maulud Sekaten Solo

“Isinya juga berbeda, ada upil-upilan yang terbuat dari beras ketan dibentuk segi empat, rengginang, dan tlapukan yang juga terbuat dari tepung beras berbentuk segi enam,” ucapnya.

Namun, menurut Tundjung, meskipun punya bentuk, susunan dan isi yang berbeda, kedua gunungan melambangkan harmonisasi dalam manusia kehidupan dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

“Jadi, dua visualisasi gunungan dalam Sekaten itu merupakan penggambaran makrokosmos dan mikrokosmos yang bermuara pada ajaran pentingnya harmonisasi dalam hidup,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya