SOLOPOS.COM - Sutradara Nyanyian Akar Rumput Yuda Kurniawan (tengah), bersama anak sulung Wiji Thukul, Fitri Ngantiwani (kanan), saat jumpa pers di Studio Kopi Ndaleme Eyang (SKDE), Senin (13/1/2020) siang. (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO - Setelah melalui proses panjang, film dokumenter tentang sastrawan sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) asal Solo Wiji Thukul akhirnya diputar di bioskop, Kamis (16/1/2020). Ada sepuluh kota pilihan yaitu Jakarta, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Solo, Medan, Purwokerto, Bandung, Makassar, dan Palembang yang akan memutarnya.

Yuda bersama putri sulung Wiji, Fitri Nganti Wani, menggelar jumpa pers soal pemutaran film tersebut, di Studio Kopi Ndaleme Eyang (SKDE), Senin (13/1/2020). Yuda lega akhirnya film berdurasi 112 menit itu bisa tayang di ruang pemutaran arus utama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Nekat, Pemuda Sukoharjo Curi Motor Lalu Menjualnya Lewat Medsos

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan begitu isu besar yang diangkat soal belum tuntasnya penanganan pelanggaran HAM berat di negeri ini bisa disaksikan banyak orang. Kembali diperbincangkan kemudian mendorong pemerintah untuk segera menyelesaikan.

Pendiri Rekam Docs yang berbasis di Jakarta ini ingat betul respons positif para penonton saat world premier di Korea Selatan dua tahun lalu. Cerita tentang isu pelanggaran HAM yang diwakili Wiji Thukul ini direspons beragam oleh penontonnya. Termasuk soal kekecewaan pada Presiden Joko Widodo di tengah citra positif yang selalu dibangunnya di depan media.

“Jadi ada penonton yang kaget tau Indonesia masih punya PR soal pelanggaran HAM berat seperti yang dialami Wiji Thukul. Mereka sangat kecewa dengan Presiden Jokowi, penilaiannnya langsung berubah 180 derajat. Padahal sebelumnya menilai Jokowi sosok yang baik berdasarkan citranya di media massa,” kata Yuda.

Yuda tak memiliki target khusus soal jumlah penonton. Yang pasti, ia berharap semakin banyak orang yang peduli isu penting tersebut. Ia juga mengirim surat undangan ke Sekretariat Negara Istana Presiden agar Joko Widodo ikut menyaksikan.

Wani juga mengajak semua pihak untuk beramai-ramai menyaksikan Nyanyian Akar Rumput. Agar semua orang mengingat kembali pekerjaan rumah (PR) negara yang sampai hari ini belum terselesaikan.

Sementara itu, pemutaran Nyanyian Akar Rumput di bioskop menurut Yuda tak lepas dari daftar panjang penghargaannya di Indonesia maupun luar negeri. Setelah dirilis pada 2018 lalu Yuda langsung memenangi Piala Citra Kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film Indonesia 2018, dan NETPAC Award dari Jogja Netpac Asian Film Festival 2018.

Pipa PDAM Bocor, 21.000 Keluarga di Malang Krisis Air Bersih

Pada 2019 ini mereka mendapatkan Piala MAYA 2019 untuk kategori Dokumenter Panjang Terpilih, serta Honorable Mention Award di festival film tertua Figueira Da Foz Int’I Film Festival 2019, Portugal. Disusul pemutaran di lebih dari 20 acara festival film bergengsi. “Padahal sebelumnya tidak pernah berekspektasi apapun tapi malah lolos FFI dan dapat penghargaan lainnya,” tambah Wani.

Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun dari tahun 2014 hingga 2018. Yuda merekam kisah hilangnya Wiji Thukul dari sudut pandang keluarga. Ia memulainya dari cerita putra Wiji, Fajar Merah. Bersama band Merah Bercerita yang dibentuknya sejak tahun 2010, Fajar menghidupkan kembali puisi-puisi sang ayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya