SOLOPOS.COM - Ilustrasi kirab Dugderan di Semarang. (visitjawatengah.jatengprov.go.id)

Solopos.com, SEMARANG — Dugderan merupakan tradisi warga Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan atau bulan puasa yang digelar setiap tahun. Berikut lokasi Dugderan di Semarang yang rencana digelar pada tanggal 21 Maret 2023 atau Senin pekan depan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Winarso, sebelumnya berjanji bahwa event Dugderan tahun ini akan berlangsung lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan selain pandemi Covid-19 sudah mereda, event tersebut juga akan digelar di Alun-Alun Kota Semarang seperti masa lalu.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dugderan akan diisi dengan agenda kirab budaya. Tradisi ini sudah digelar sejak tahun 1882 atau sejak Semarang dipimpin Bupati Tumenggung, Ario Purbaningrat.

“Setelah [pandemi] selesai dan alun-alun sudah diresmikan, maka kami coba menggali sejarah seperti masa lampau. Dugderan tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya. Dulu dipusatkan di Masjid Kauman, sekarang di alun-alun,” ujar Wing Winarso kepada Solopos.com, Rabu (8/3/2023).

Selain di Alun-Alun Semarang, lokasi Dugderan 2023 juga akan digelar di beberapa tempat lainnya seperti Balai Kota Semarang, Masjid Agung Semarang, dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Dikutip dari akun Instagram @disbudparkotasemarang, Dugderan akan diwarnai dengan acara Arak-arakan Budaya dan Warak Ngendok.

Lokasi arak-arakan atau kirab Dugderan 2023 itu akan dimulai dari Balai Kota Semarang pada pukul 10.00 WIB. Arak-arakan ini selanjutnya akan menuju Masjid Agung Semarang dan dilanjutkan atau finis di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Selain kirab atau arak-arakan, acara Dugderan di Semarang tahun ini juga dimeriahkan dengan pasar rakyat atau Pasar Dugderan yang dimulai sejak 10-22 Maret 2023. Lokasi Pasar Dugderan kali ini atau tahun 2023 sedikit berbeda karena tidak lagi dipusatkan di Jalan Pemuda Semarang, melainkan Jalan Ki Agus Salim, yang berdekatan dengan alun-alun.

Dilansir dari laman warisanbudaya.kemendikbud.go.id, Dugderan digelar kali pertama pada tahun 1881 Masehi. Pada zaman dulu, Dugderan ditandai dengan pemukulan bedug di Masjid Besar Kauman dan penyulutan meriam di halaman pendapa kabupaten di Kanjengan yang lokasinya berdekatan dengan alun-alun.

Bedug yang mengeluarkan bunyi “dug” dan meriam dengan bunyi “der” ini menjadi asal mula tradisi ini dinamakan Dugderan hingga sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya