SOLOPOS.COM - Tim BPSMP Sangiran dan Disdikbud Sragen memeriksa fosil gajah purba yang ditemukan warga setelah diamankan di Balai Desa Plumbon, Sambungmacan, Sragen, Senin (14/10/2019). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN -- Guntur Bayu Aji, 22, pergi ke Sungai Grumbul tak jauh dari rumahnya di Dukuh Grasak RT 004, Desa Plumbon, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, pada Sabtu (12/10/2019) untuk mencari sinyal ponsel supaya bisa main game mobile legend.

Namun siapa sangka dia malah menemukan fosil gajah purba di sungai yang mengering itu. Video temuan fosil di sungai yang berjarak hanya 100 meter dari rumahnya itu kemudian diunggah ke Facebook.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Video itu pun mendapat respons dari perangkat Desa Plumbon. Perangkat desa dan warga yang penasaran mengajak Guntur menunjukkan lokasi fosil yang menempel pada tanah keras di dasar sungai yang mengering.

Fosil itu lalu dievakuasi secara hati-hati dan dibawa ke Balai Desa Plumbon pada Sabtu itu. Kabar temuan fosil itu pun sampai ke telinga petugas Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen.

Prospek Provinsi Surakarta dari Tinjauan Hukum Tata Negara

Lima orang petugas dari BPSMP Sangiran dan Disdikbud Sragen mendatangi Balai Desa Plumbon untuk melihat kondisi fosil itu pada Senin (14/10/2019).

Setelah diperiksa, para pegawai negeri sipil (PNS) itu membawa fosil yang berumur ratusan ribu tahun itu ke BPSMP Sangiran untuk penelitian lebih lanjut dan konservasi.

Guntur tak sengaja menemukan fosil itu yang semula dikira batu biasa. Awalnya Guntur sering bermain di sungai untuk mencari sinyal ponsel untuk bermain game mobile legend.

Ia hanya membiarkan saja batu itu menempel pada dinding padas keras di bibir cekungan dasar sungai itu. Guntur biasa duduk di gundukan padas keras itu untuk mencari sinyal dan bermain game.

“Ya di tempat ini sinyalnya paling bagus. Setiap saya ke sini, mata ini sering tertuju ke batu itu. Saya lihat batu itu sudah dua tahun," jelas Guntur kepada Solopos.com belum lama ini.

Sultan Sebut Suporter PSIM Jogja Brutal dan Tak Beradab!

Karena penasaran, Guntur mengambil bagian kecil batu itu kemudian dicocokkan dengan tulang sapi. Dia melihat tekstur batu itu seperti tulang.

"Saya kemudian membandingkan lagi dengan informasi yang ada di Internet sampai yakin batu itu benar-benar sebuah fosil,” kisah Guntur.

Guntur mengaku mengunggah video temun fosil itu setelah ada keyakinan dalam hati. Biar jelas, Guntur sempat menggali lapisan tanah yang mengelilingi fosil itu.

Dia mengatakan awalnya fosil itu tidak kelihatan karena tertimbun rumpun bambu. Setelah rumpun bambunya terbawa arus sungai akhirnya permukaan sungai terlihat dan fosil itu kelihatan.

“Saya juga menemukan serpihan fosil lainnya di sebelah selatan lokasi temuan fosil yang besar itu. Dulu wilayah dukuh kami merupakan rawa dan mungkin sungai itu bagian dari rawa,” ujarnya.

Video Syur Mirip Gisel Beredar, Begini Reaksi Wijin

Guntur sempat ditanyai pegawai BPSMP Sangiran dan Disdikbud Sragen. Dari perbincangan dengan para pegawai itulah, Guntur mengetahui jenis fosil temuannya, yakni fosil gajah purba (Ellephas namadicus).

Guntur sempat diberi tahu adanya semacam tali asih sebagai bentuk terima kasih atas temuan fosil itu tetapi berapa nilainya dan kapan diberikan dia belum diberi tahu.

“Bagi saya, temuan saya itu bisa ikut menyelamatkan fosil dan untuk menambah koleksi di Sragen. Itu saja sudah senang,” katanya.

Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Sragen, Anjarwati Sri Sayekti, yang ikut mengambil fosil itu menyampaikan temuan fosil Ellephas namadicus itu ditemukan pada lapisan tanah kongklomeratan.

Resmi Jadi Menhan, Prabowo Pilih Pulang dan Belum Ngantor

Dia mengatakan fosil itu diambil BPSMP Sangiran karena posisinya sudah di Balai Desa Plumbon. "Jadi fosil itu diamankan untuk konservasi. Ini merupakan temuan fosil pertama di Plumbon. Fosil itu terselip di lapisan tanah Kongklomeratan," jelas dia.

Fosil gajah purba yang ditemukan itu merupakan nenek moyang gajah yang hidup pada 700.000-200.000 tahun silam. Temuan di Plumbon merupakan mandibula atau rahang bawah lengkap dengan giginya tetapi patah jadi dua bagian.



Dia mengatakan sebelumnya sudah banyak temuan fosil gajah tetapi sebagian besar merupakan jenis Stegodon trigonocephallus. Perbedaan stegodon dengan ellephas terletak pada struktur giginya.

“Dua jenis gajah purba itu sempat hidup bersama tetapi Stegodon lebih tua karena sudah ditemukan pada 1,8 juta tahun silam,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya