SOLOPOS.COM - Nasi gandul (dinasarpus.patikab.go.id)

Solopos.com, PATI – Setiap daerah pasti punya makanan khas, tak terkecuali di Kabupaten Pati. Ada aneka masakan yang jadi cirri khas kabupaten di pantai utara Jawa ini, salah satunya yang kondang adalah nasi gandul.

Mengutip laman, dinasarpus.patikab.go.id, Senin (5/4/2021), nasi gandul atau sego gandul adalah masakan khas Pati yang sepintas mirip dengan semur daging dan gulai.  Nasi gandul sepintas mirip dengan perpaduan soto dan gulai, berupa daging yang dengan kuah yang berwarna kecokelatan dengan rasa gurih manis

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Daerah di Pati yang memopulerkan nasi gandul ini adalah Desa Gajahmati, Kecamatan Pati yang berada di selatan Teminal Bus Pati. Itulah sebabnya sering ditemui kata-kata Nasi Gandul Gajah Mati. Walaupun pada akhirnya banyak ditemui penjual nasi gandul yang tidak berasal dari Desa Gajahmati tetap menuliskan kata Desa Gajah Mati pada spanduk tempat makan mereka.

Baca Juga : Praktik Botoh Jadi Prioritas Satgas Polres Pati Pada Pilkades 2021

Jika ditelusuri asal-usul pemberian nama nasi gandul, banyak versi yang mengemukakan tentang hal tersebut. Warung Nasi Gandul yang lama berdiri dan dipercaya masyarakat Pati adalah Warung Nasi Gandul Pak Meled.

Meled mengaku warung nasi gandul miliknya tersebut awalnya dijalankan oleh orang tuanya sejak tahun 1955. Diawali dengan berjualan secara keliling kampung hingga akhirnya diwariskan kepadanya dan memiliki tempat menetap untuk berjualan.

Aneka Versi Asal

Versi pertama mengatakan bahwa nama nasi gandul adalah nama pemberian dari pembeli. Dulu, di daerah Pati, penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang berisi kuali (tempat kuah nasi gandul) di satu sisi, dan bakul nasi serta peralatan makan nasi gandul di sisi lain.

Kemudian, pikulan tersebut digotong dan dijajakan sehingga pikulan tersebut naik-turun seirama dengan langkah penjualnya (kedua sisi bambu ini bergantungan bakul nasi dan kuali kuah secara menggantung (gandul). Oleh sebab itu, masyarakat kemudian menamainya nasi gandul.

Versi kedua, nama nasi gandul terinspirasi dari cara penyajian nasi gandul yang unik. Cara penyajiannya piring yang telah dilapisi oleh daun pisang, kemudian diisi oleh nasi, baru setelah itu diberi kuah. Karena penyajian yang serupa itu, oleh para pembeli menyebut bahwa nasi dan kuah itu mengambang; menggantung (tidak menyentuh piring).

Versi Ketiga, dahulu penjual nasi gandul kepala nya botak dan dagangan nasi tersebut dipikul oleh dua orang dengan kepala botak. sehingga seperti gondal gandul. Oleh sebab itu, pembeli menyebutnya sebagai nasi gandul.

Baca Juga : 7 Sekolah Di Kabupaten Pati Sabet Penghargaan Adiwiyata Provinsi Jateng

Makanan ini sepintas mirip dengan Soto Betawi dan Soto tangkar yang dijual di seputaran daerah Jakarta, Soto Padang yang dijual di seputaran daerah Kota Padang, serta Soto Bandung yang dijual di seputaran daerah Kota Bandung.

Saat membeli nasi gandul biasanya hanya mendapatkan nasi putih ditambah kuah gandul dengan sedikit potongan daging sapi. Pembeli dapat meminta tambahan lauk kepada penjual. Lauk lain yakni tempe goreng, perkedel, telor bacem, tempe, dan tahu bacem, daging sapi, dan jerohan sapi. Harga per porsi nasi gandul adalah Rp13.000 hingga Rp21.000 tergantung isian dan lauk yang dipilih.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya