SOLOPOS.COM - Ilustrasi pakaian hazmat (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN -- Datangnya pandemi membuat sukarelawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Sragen ekstra waspada. Pasalnya, mereka biasa menjadi garda terdepan dalam memberi pertolongan kepada korban kebencanaan, korban kecelakaan lalu lintas, korban kecelakaan air, maupun korban karena hal lain.

“Penggunaan APD [alat pelindung diri] sudah menjadi keharusan bagi sukarelawan PMI saat bertugas. Bedanya, sebelum pandemi APD yang dipakai level I yakni dengan menggunakan sarung tangan lateks dan masker. Setelah terjadi pandemi, relawan menggunakan APD level II dan III dengan pakaian hazmat,” terang Wakil Ketua PMI Sragen, Suwarno, kepada Solopos.com, Sabtu (19/12/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memakai baju hazmat, masker dan face shield menjadi sebuah keharusan bagi sukarelawan sebelum memberi pertolongan di masa pandemi Covid-19.

Rp45 Miliar BPUM Sudah Cair untuk Pelaku UMKM Wonogiri

Ekspedisi Mudik 2024

Baju hazmat tidak hanya dipakai untuk menjemput pasien Covid-19 atau mengantar dan mengubur jenazah yang terkonfirmasi positif corona.

Evakuasi temuan mayat, korban kecelakaan lalu lintas, evakuasi korban kecelakaan air, dan lain-lain juga mengharuskan relawan PMI mengenakan pakaian hazmat sebagai langkah antisipasi penularan virus berbahaya.

“Hazmat itu sekali pakai. Setelah digunakan langsung dimaksukkan plastik sampah medis untuk dimusnahkan. Untuk membentengi diri, para relawan selalu menjaga kesehatan dengan disuplai vitamin. Setelah dari lapangan, sebelum masuk ruangan, wajib mandi keramas dan ganti pakaian yang bersih. Tidak lupa berusaha selalu bahagia,” ujar Suwarno.

Banding Mantan Direktur RSUD Sragen Justru Kuatkan Putusan PN Tipikor

Pakaian hazmat itu bisa dipakai sukarelawan lebih dari satu jam, bahkan lebih, tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Paparan Bahan Kimia

Pakaian hazmat dirancang khusus untuk melindungi pemakainya dari paparan bahan kimia, dan virus berbahaya seperti Covid-19, Ebola, SARS, MERS, flu burung dan lain-lain.

Pada umumnya, pakaian hazmat terbuat dari bahan kain spunbond. Spunbond merupakan kain sintetis yang terbuat dari bahan polypropylene atau bijih plastik.

Postingan "Pancasila Versi Wakanda" Bikin Rahma Sarita Dicoret dari Nasdem

Oleh sebab itu, pemakaian baju hazmat terlalu lama bisa mengakibatkan pemakainya merasa gerah.

“Kalau dipakai sudah pasti panas, baju selalu basah kuyup oleh keringat. Tapi, demi keamanan bersama, semua protokol kesehatan harus dilaksanakan. Kami biasa memakai baju hazmat lebih dari satu jam. Karena berada di lapangan atau luar ruangan, terasa banget panasnya,” papar salah seorang relawan PMI Sragen, Nikko Armando Reza Primajaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya