SOLOPOS.COM - Ilustrasi tes swab Covid-19. (Reuters/Lim Huey Teng)

Solopos.com, SRAGEN -- Aktivitas testing atau pemeriksaan terkadang terhambat ketika masyarakat menolak dilakukan swab test dengan alasan takut dan sebagainya. Padahal mereka merupakan orang yang diduga kontak erat dengan pasien Covid-19.

Seorang legislator dari Partai Golkar Sragen Thohar Ahmadi yang tinggal di wilayah Kecamatan Kedawung, Sragen, memiliki pengalaman empiris tentang penolakan swab test tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Untuk melakukan swab test terhadap warga yang terindikasi kontak erat itu harus dengan pendekatan dari hati ke hati bukan secara frontal atau kaku dengan dalih standar operasional prosedur (SOP) penanganan Covid-19 dan seterusnya," ujar Thohar saat berbincang dengan Solopos.com di Gedung DPRD Sragen, Senin (2/11/2020).

Lagi, Jebakan Tikus Makan Korban Warga Sragen

Dia menceritakan beberapa waktu lalu sempat ada warga berontak dan menolak dilakukan swab test, bahkan sampai mengancam segala.

"Kemudian dengan pendekatan persuasif, dijelaskan manfaat swab test, dan diyakinkan bahwa swab test itu tidak sakit, akhirnya orang yang berontak itu bisa ikut swab test dengan kesadaran sendiri," beber dia.

Dengan pengalaman itu, Thohar menyadari bila pendekatan yang dilakukan salah justru memicu perlawanan tetapi dengan pendekatan dan sosialisasi tepat akan mendapatkan respons baik.

Waduh, Angka Kematian Warga Solo Akibat Covid-19 Melonjak

Thohar menilai kuncinya pada pola komunikasi yang dilakukan. Tapi kenapa tak sedikit orang menolak untuk swab test?

Thohar berpendapat karena kurangnya sosialisasi sampai ke level masyarakat bawah sehingga informasi tentang pengendalian Covid-19 belum sampai ke mereka.

“Saat sosialisasi itu jangan menakut-nakuti orang tetapi justru menyadarkan orang agar paham tentang protokol kesehatan dan seterusnya,” katanya.

Masyarakat di Desa Belum Paham

Seorang tokoh masyarakat Sragen, Abdullah Affandi, pun memperhatikan masih banyak orang-orang yang tinggal di pedesaan belum paham tentang pengendalian Covid-19 lewat program 3T dari pemerintah daerah.

Ketika muncul keberatan dari masyarakat untuk ikut swab test itu, Abdullah menduga ada yang salah dalam komunikasi antara tenaga kesehatan dengan masyarakat.

“Warga merasa tidak terpapar Covid-19 tetapi dari pihak kesehatan mencurigai dan menduga kontak erat. Kemudian warga seolah-olah divonis kena dan melakukan prosedur kesehatan. Untuk mengatasi hal itu perlu ada sosialisasi yang lebih masif dan intensif ke masyarakat bawah, agar mereka sadar dan memahami tentang prosedur penanganan Covid-19,” jelas Abdullah yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sragen itu saat ditemui, Senin, di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen.

Sebelum Meninggal, Dalang Ki Seno Sempat Bersepeda Bareng Tetangga

Abdullah mengatakan prosedur masuk rumah sakit yang harus lewat swab test misalnya juga disampaikan ke masyarakat bawah supaya mereka mengetahui dan tidak kaget.

Dia berpendapat sosialisasi yang dilakukan pemerintah belum sepenuhnya sampai ke bawah dan penerimaan masyarakat pun berbeda-beda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya