SOLOPOS.COM - Djoko Setijowarno

Djoko Setijowarno

Seusai memperingati satu tahun car free day di Solo (Minggu, 30 Mei 2011), Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan Kota Solo bisa menjadi salah satu kota referensi dalam pengelolaan transportasi yang humanis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kota Solo sudah memiliki fasilitas sistem transportasi humanis yang cukup lengkap, yaitu ruang untuk kendaraan tidak bermotor, fasilitas pejalan kaki dan sedang melakukan revitalisasi angkutan umum. Kota Solo juga menjadi salah satu kota tercepat dalam mewujudkan sistem transportasi humanis.

Kota Solo telah memiliki kemampuan mewujudkan transportasi humanis, yaitu transportasi yang memikirkan pergerakan warga. Salah satunya melalui program car free day atau hari bebas kendaraan bermotor. Program ini merupakan bentuk kesungguhan Walikota Solo Joko Widodo yang berupaya mengurangi kadar emisi karbon dioksida (CO2). Program ini seirama dengan semangat Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen (Denmark), yang bertekad mengurangi 26% emisi karbon dioksida (CO2) pada 2020.

Yang cukup menarik dibanding kota-kota lainnya, penyelenggaraan car free day di Solo menyertakan berbagai komunitas seperti komunitas sepeda onthel, Bike to Work (B2K), Seli (sepeda lipat) dan Bus Mania Community (BMC). Kini, acara car free day dan fun bike (sepeda gembira) hampir setiap akhir pekan digelar di beberapa kota di Indonesia. Jumlah kota yang menggelar car free day makin bertambah. Sayangnya baru sebatas gaya hidup atau sekadar latah, hanya mencari popularitas atau sensasi belaka.

Kepala daerah masih sering berpura-pura mencari simpati masyarakat dengan kegiatan ini, belum ke arah bertransportasi yang baik buat kita. Celakanya, sekarang program ini menjadi alat pencitraan para politisi atau calon politisi di daerah.

Apalagi mulai 2011 untuk mendapatkan penghargaan Adipura ada syarat tambahan yaitu kadar pencemaran udara. Hampir setiap daerah yang bepartisipasi ingin meraih Adipura dipastikan menggelar car free day tanpa memedulikan kaidahnya.

Terkadang dalam pembukaan car free day menyertakan sponsor dari perusahaan otomotif dan menyediakan stan khusus di lokasi untuk promosi penjualan sepeda motor. Jelas, hal ini tak pantas dilakukan. Tujuan car free day adalah untuk membiasakan menggunakan kendaraan tak bermotor dalam aktivitas sehari-hari.

Mulanya car free day bertujuan untuk bersenang-senang, acara bebas dan mendorong orang untuk keluar dari mobil dan berlari, berjalan, atau menggunakan angkutan umum. Car free day kali pertama dimulai di Eropa pada 1990-an dan kini menjadi gerakan global yang berkembang di lebih dari 2.000 kota dan lebih dari 30 negara. Visi car free day adalah mobilitas perkotaan tidak tergantung pada kendaraan pribadi.

Car free day tidak antimobil, akan tetapi memromosikan kesadaran akan bentuk-bentuk alternatif transportasi dan energi. Kegiatan ini juga memromosikan perbaikan angkutan massal, bersepeda dan berjalan, dan menghimbau masyarakat yang tempat bekerjanya dekat dengan rumah dan tempat belanja untuk berjalan kaki.

Perbaikan sejumlah jalur lambat juga penting agar pesepeda tak telanjur menyatu dengan pengendara kendaraan bermotor. Kota Solo memiliki sekitar 26,774 kilometer jalur lambat yang terdapat di Jl Dr. Radjiman, Jl Urip Sumohardjo, Jl Slamet Riyadi, Jl Laksda Adisucipto, Jl Mayjend MT Haryono, Jl Menteri Supeno, Jl Kolonel Sutarto, Jl Ir Sutami dan Jl Ahmad Yani.

Bisnis layanan sepeda
Aktivitas bersepeda yang sudah cukup diminati masyarakat Kota Solo perlu dikembangkan lagi. Aktivitas keseharian para pegawai di Kota Solo, baik pemerintah maupun swasta, bisa diarahkan ke budaya bersepeda untuk bekerja.

Ini bisa dimulai sehari dalam sepekan, hari Jumat misalnya. Kemudian digelar program bersepeda ke sekolah (bike to school) yang kemudian dapat diwajibkan dan pelajar dilarang membawa sepeda motor. Ini mendukung pengurangan lahan parkir dan mengajarkan hidup hemat para pelajar.

Solo sebagai kota wisata dan budaya, keberadaan usaha layanan sepeda sudah layak diberikan. usaha layanan sepeda untuk umum itu nantinya dapat digunakan masyarakat atau turis yang datang ke Solo dan ingin menikmati Kota Solo dengan santai bersepeda. Pada 1995 Pemerintah Kota Kopenhagen (Denmark) menyediakan layanan sepeda untuk umum yang memungkinkan masyarakat mengambil dan mengembalikan sepeda di tempat penyimpanan yang tersebar di berbagai tempat di pusat kota. Usaha ini memberikan lapangan pekerjaan buat mantan narapidana. Sekarang, penyewaan sepeda sudah dikembangkan di beberapa kota besar di dunia yang bersemangat menjadikan kota go green.

Di Paris dikenal nama Velib, sebuah perusahaan yang punya unit bisnis penyewaan sepeda. Orang berkendaraan dengan sepeda ke mana pun pergi di dalam kota dengan biaya hanya US$ 40 atau sekitar Rp 400.000 per tahun. Harga yang sangat murah untuk ukuran kantong orang Eropa. Dalam setahun sudah tercatat ada 200.000 pendaftar. Dalam setahun ada pemasukan US$8 juta atau sekitar Rp 80 miliar. Kini mereka berencana mengembangkan penyewaan sepeda Velib beroperasi di 49 kota. Usaha penyewaan sepeda merupakan bisnis yang sangat besar.

Hal yang serupa diluncurkan di London pada 2010 untuk mengatasi kemacetan. Perusahaan keuangan Barclays menyeponsorinya dengan dana senilai US$150 juta. Sekitar 6.000 unit sepeda disediakan untuk disewa di 400 lokasi di seluruh kota. Masyarakat atau turis bisa menyewanya setiap saat. Mereka bisa menggunakan sepeda itu gratis pada 30 menit awal untuk keliling kota. Namun, selanjutnya akan dikenakan biaya sewa US$1,53 atau sekitar Rp 15.000 selama 24 jam atau US$68 atau sekitar Rp 650 ribu selama setahun.

Mungkin Kota Solo dapat meniru mengembangkan bisnis layanan penyewaan sepeda. Usaha layanan sepeda dapat ditempatkan di stasiun, terminal, penginapan (hotel, wisma), pasar tradisional, supermarket, atau mal. Desain sepeda dibuat khusus, berbeda dengan rancangan sepeda biasanya, agar memiliki ciri khas. Membuka bisnis layanan sewa sepeda dapat memberikan peluang lapangan pekerjaan baru. Usaha ini dapat dimulai oleh pemerintah atau menyertakan pihak swasta.

Kita kembalikan kembali kejayaan bersepeda masa lalu menjadi kebiasaan keseharian dalam beraktivitas. Dengan program car free day di Solo, semangat kembali berkendaraan tak bermotor dan bisnis layanan sewa sepeda dapat dimulai. Bila sukses pasti akan ditiru kota-kota lainnya di Indonesia.

Djoko Setijowarno Peneliti Transportasi, Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Program Magister Lingkungan & Perkotaan Unika Soegijapranata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya